Halloween Bukan Budaya Kita (! / ?)

Perayaan Halloween di Seoul, Korea Selatan yang berubah menjadi tragedi mengerikan. (Jung Yeon-Je/AFP/Getty Images)

Judul di atas kerap kali kita dengar atau baca, terutama saat ada yang dengan semangat sarkasme berkata sinis dengan maksud menyindir. Seperti keterangan yang terdapat di Wikipedia dalam entri “Haloween”-nya, perayaan ini sudah berlangsung sejak cukup lama. Setidaknya terdapat catatan dari tahun 609, bahwasanya pada 31 Mei Paus Boniface IV mendedikasikan ulang “Pantheon” di Roma kepada Santa Maria dan semua martir. Tanggal ini adalah perayaan “Lemuria”, sebuah festival untuk orang mati dari masa Romawi Kuno.

Perayaan untuk mengenang orang mati dan menghormati orang suci tersebut bercampur-baur antara tradisi pagan dan ritus Kristiani. Sejarahnya panjang dan terjadi sejumlah pergantian prosesi. Termasuk juga masuknya pengaruh Celtic dari Skotlandia yang kuat.

Menurut laman history.com dalam entri “History of Halloween”, pergantian tanggal ke 31 Oktober sebenarnya juga pengaruh dari tradisi Celtic. Masyarakat di sana biasa merayakan Festival “Samhain”. Di saat itu mereka menyalakan api unggun dan menggunakan kostum untuk mengusir hantu. Di abad kedelapan, Paus Gregory III menetapkan tanggal 1 November sebagai saat menghormati semua orang suci Kristiani. Perayaan ala Katolik di belahan Eropa ini kemudian juga menyebar ke Amerika Utara. Maka, hingga kini, tanggal perayaannya lebih banyak pada 31 Oktober, walau masih ada di beberapa tempat yang 1 November.

Di tahun 2022 ini, kita dikejutkan adanya dua hal pada masa perayaan Halloween. Hal pertama adalah terjadinya tragedi mengerikan di Seoul, ibukota Korea Selatan. Kejadian ini berlangsung pada Sabtu (29/10) malam di kawasan distrik Itaewon, yang termasuk daerah “gaul” di sana. Banyak cafe, diskotek, bar, dan tempat hiburan lain di area tersebut. Karena tanggal 31 Oktober-nya jatuh hari ini, hari Senin yang merupakan hari kerja, maka perayaannya dimajukan menjadi “malam Minggu”.

Menurut laman situs CNN international edition, panggilan darurat pertama ke nomor telepon aparat terjadi pukul 22.24 waktu setempat. Karena suasana amat ramai, ditingkahi suara bising dari musik di sekitar, kerumunan orang di lokasi tidak sadar apa yang sedang terjadi. Sesungguhnya, penyebab awal kekacauan hingga kini juga masih belum diketahui dan masih diselidiki kepolisian setempat.

Satu hal yang jelas sudah terjadi, di malam itu, tiba-tiba terjadi kekacauan, orang-orang berlarian. Dan akhirnya, banyak sekali yang terdesak, jatuh, dan pada akhirnya terinjak-injak. Jumlah korban hingga hari ini tercatat 154 orang meninggal dunia. Tidak hanya warga Korsel saja, tapi juga ada warga negara asing. Kedutaan Besar Republik Indonesia di Seoul dalam siaran persnya sebagaimana dikutip situs berita Antara menyatakan, “Hingga pagi ini, informasi dari kepolisian menyebutkan bahwa belum diketahui adanya WNI yang menjadi korban.”

Tentu saja kita semua turut berduka atas kejadian mengenaskan tersebut. Semoga pihak berwenang di Korsel segera bisa menuntaskan penyelidikannya. Presiden Korsel Yoon Suk-yeol juga sudah menyatakan duka-citanya dan memerintahkan pengusutan segera dan penanganan para korban secara cepat.

Saat di Korsel perayaan Halloween diwarnai duka dan tragedi, di belahan bumi lain justru merebak aura suka-ria dan kebebasan. Ya, untuk kali pertama, di Arab Saudi pemerintahnya secara resmi memperbolehkan perayaan secara terbuka.

Seperti tampak dalam foto viral yang pertama kali diunggah account Twitter “Musa al-Maghribi (@Musa_Maliki_)” di samping, tampak warga menyambutnya dengan gembira. Dalam cuitannya menyertai foto tersebut, ia menuliskan: “Celebration of Halloween in Riyad, Saudi Arabia. The GEA of Saudi organized an event called “Horror Weekend”, meanwhile celebration of Mawlid is still banned. Imagine a country that forbids the commemoration of the Prophet ﷺ because it is more evil than celebrating Halloween…”

Perayaan Halloween di Arab Saudi yang dahulu dilarang, kini bukan hanya diperbolehkan. GEA malah mengorganisir perayaan bertajuk “Akhir Pekan Horror” di kota Riyadh. GEA adalah singkatan dari “The General Entertainment Authority”, sebuah badan di Kerajaan Saudi Arabia (KSA) yang didirikan berdasarkan Royal Decree No. (A/133) pada 7 Mei 2016.

Semua itu bisa terjadi di negara seperti Arab Saudi sejak Pangeran Putra Mahkota Muhammad bin Saud (MBS) secara perlahan tapi pasti mengambil alih kekuasaan di Arab Saudi. Sejak kakeknya Raja Abdullah wafat dan ayahnya Raja Salman langsung naik tahta pada 23 Januari 2015, Pangeran Muhammad ditunjuk sebagai Menteri Pertahanan. Ia kemudian ditunjuk sebagai Pangeran Putra Mahkota pada 21 Juni 2017. Dan pada 27 September 2022 yang baru lalu, ia menduduki jabatan baru sebagai Perdana Menteri. Padahal, biasanya jabatan ini sekaligus dipangku oleh raja. Dengan begitu, makin kokohlah posisi MBS sebagai penguasa de facto dari KSA.

Terjadinya perubahan tampuk kekuasaan nyata pemerintahan Arab Saudi yang kini dipegang MBS itulah yang memungkinkan peraayaan “Halloween” bisa berlangsung di sana. MBS banyak melakukan reformasi budaya, tradisi, kebiasaan, bahkan hukum di negaranya. Padahal jelas, Halloween bukanlah budaya Arab Saudi, negara di mana dua dari tiga kota tersuci umat Islam berada. Padahal, seperti saya terangkan sepintas sejarahnya di atas, perayaan Halloween amat bernuansa Kristiani.

Lantas, bagaimana dengan Indonesia? Akankah kita menyatakan “Halloween Bukan Budaya Kita!” (dengan tanda seru di akhir kalimat), atau “Halloween Bukan Budaya Kita?” (dengan tanda tanya di akhir kalimat)?

Kredit Foto:

  • Fitur laman depan dan bawah judul di artikel, “Tragedi Halloween di Korea Selatan”: Jung Yeon-Je/AFP/Getty Images
  • Halaman dalam, “Perayaan Halloween di Arab Saudi”: account Twitter Musa Maliki

Sumber rujukan:

  • en.wikipedia.org/wiki/Halloween
  • history.com/topics/halloween/history-of-halloween
  • middleeastmonitor.com/20221030-saudi-arabia-stages-once-banned-halloween-celebrations/
  • edition.cnn.com/2022/10/30/asia/seoul-itaewon-halloween-crush-explainer-intl-hnk/index.html
  • reuters.com/world/asia-pacific/yoon-declares-mourning-south-korea-after-halloween-crush-kills-151-2022-10-30/
  • twitter.com/Musa_Maliki_/status/1586363747731668993?ref_src=twsrc%5Etfw%7Ctwcamp%5Etweetembed%7Ctwterm%5E1586363747731668993%7Ctwgr%5E6afda2c0b345e7dce15b873f057cf09780d53d2a%7Ctwcon%5Es1_&ref_url=https%3A%2F%2Fwww.middleeastmonitor.com%2F20221030-saudi-arabia-stages-once-banned-halloween-celebrations%2F
  • sultra.antaranews.com/berita/431937/kbri-seoul-sebut-tak-ada-wni-yang-jadi-korban-insiden-halloween-di-korsel
  • gea.gov.sa/en/
  • nytimes.com/2022/10/29/world/middleeast/halloween-saudi-arabia.html

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s