Mager

“Mager” adalah istilah “anak jaman now” untuk menggambarkan kondisi dirinya yang sedang tidak ingin melakukan apa pun. Akronim “gaul” dari “malas gerak”, yang kerap diartikan sebagai aktivitas dari “kaum rebahan”. Saya kok malah lantas teringat lagunya Bruno Mars, “The Lazy Song” (2010). Terjemahannya jelas: “Lagu Malas”. Di lagu itu memang penyanyi bernama asli “Peter Gene Hernandez” itu menggambarkan dirinya “lagi males ngapa-ngapain“, bahkan termasuk kuliah.

Apalagi kalau di hari libur, termasuk malam menjelang hari libur seperti Sabtu malam Minggu kali ini. Ditambah “tanggal tua” dan cuaca mendung apalagi hujan, “mager” bisa dipastikan akan menjadi-jadi.

Bila dikaitkan dengan keseharian kita orang Indonesia, terlihat di banyak tempat, “kaum rebahan” ini banyak sekali. Walau tentu konteksnya tidak selalu berbaring di tempat tidur. Tapi, mereka yang punya waktu luang terlalu banyak sehingga “bingung mau ngapain“. Salah satu efeknya adalah kerapnya orang Indonesia bertindak sebagai “netizen paling tidak sopan sedunia”. Pemakaian medsos orang Indonesia adalah salah satu yang tertinggi di dunia. Tapi, soal ini dibahas di tulisan lain saja.

Kali ini, saya hendak mengulas, bahwa “mager”-nya orang kita itu ternyata terafirmasi dalam penelitian ilmiah. Hasilnya dirilis oleh Stanford University melalui laman situs resminya pada 10 Juli 2017. Baru-baru ini kembali menjadi bahasan di sejumlah kalangan termasuk di medsos, dikarenakan situs berita CNN Indonesia menulis artikel tentang ini pada 5 Oktober 2022.

Nah, inilah diagram batang tentang daftar negara paling aktif di dunia pada tahun 2017:

Dari daftar yang ditampilkan tabel diagram batang di atas, apabila dibalik urutannya dari bawah lebih dulu, maka Indonesia adalah “juara”-nya. Tapi, ini bukan dalam konotasi positif, melainkan justru sebaliknya.

Dari sana terlihat, kalau rata-rata langkah tiap orang Indonesia itu 3.513 langkah saja per hari nya. Angka itu lebih rendah daripada rata-rata dunia yang mencatat 4.961 langkah per hari.

Padahal, malas bergerak itu berbahaya lho. Dalam penelitian Stanford University tersebut, ditemukan data bahwa 5,3 juta orang di dunia meninggal dunia karena kurangnya aktivitas. Untuk menghindarinya, direkomendasikan setiap hari setiap orang melangkah sebanyak 8.000 hingga 10.000 langkah. Itu menurut Kementerian Kesehatan, Perburuhan, dan Kesejahteraan Jepang. Sedangkan menurut Forum Obesitas National Inggris, orang yang bisa disebut aktif berjalan mulai dari 7.000 hingga 10.000 langkah per hari.

Meski pun kita musti mewaspadai temuan data riset tersebut, namun ada bias juga dari penelitian bersangkutan. Karena penelitian itu didasarkan pada data yang terdapat pada aplikasi yang ditanamkan pada gawai telepon seluler. Aplikasi itu bernama “Azumio Argus app.”, gunanya menghitung langkah yang dilakukan oleh pembawanya. Ingat, pembawanya, bukan penggunanya. Jadi, saat beraktivitas, ponsel harus dibawa agar langkahnya bisa terhitung.

Sementara, kebiasaan orang Indonesia, termasuk saya, adalah meninggalkan ponsel di meja atau di tempat lain apabila sedang berada dalam ruangan. Malah, terkadang juga ditinggalkan di kendaraan saat berbelanja misalnya. Apabila itu terjadi, tentu saja langkah kita tidak akan tercatat oleh aplikas di ponsel. Bahkan saat jogging sekali pun, terkadang ponsel ditinggal karena mengganggu gerakan. Memang, akan sangat bagus bila aplikasi itu terhubung ke jam tangan pintar (smart watch) sehingga “ikut” dengan pemakainya ke mana-mana saat beraktivitas. Jam tangan biasanya baru akan dilepas saat akan tidur atau masuk ke kamar mandi saja. Tapi, di Indonesia, rasanya sangat jarang yang merasa perlu punya smart watch, termasuk saya. Jadi, banyak sekali aktivitas berjalan yang tidak terekam.

Di samping itu, aplikasinya sendiri tidak familiar dan bukan bawaan pabrik dari ponsel. Sehingga subyek penelitian memang harus dengan sengaja meng-install-nya. Subyek penelitian disebutkan terdiri dari 717.000 orang -baik pria maupun wanita- dari 111 negara. Mereka diteliti selama rata-rata 95 hari untuk mendapatkan angka hasil studi. Lingkup penelitiannya cukup besar. Berikut ini daftar yang lebih lengkap mencakup 46 negara. Sekedar catatan, saya tidak berhasil menemukan data lengkap yang mencakup semua 111 negara yang diteliti.

Meski daftar tersebut memuat lebih banyak nama negara, tapi posisi Indonesia tetap tidak berubah: “juru kunci”. Pemerintah bukannya tidak tahu. Saya mendapati ada satu artikel di situs resmi Kemenkes RI tentang ini.

Tapi, rupanya “urusan negara” terlampau banyak. Saya belum pernah mengetahui ada kampanye resmi “jalan kaki setiap hari” yang dilakukan pemerintah. [#CMIIW] Hanya ada satu merek susu “tinggi kalsium” yang menyasar orang berusia lanjut pernah melakukannya dalam kampanye periklanannya.

Saya sendiri termasuk orang yang kini jarang bergerak. Karena aktivitas keseharian saya memang tidak mengharuskan saya untuk itu. Seringkali, aplikasi penghitung langkah bawaan ponsel hanya merekam beberapa langkah saja dalam sehari. Terkadang malah 0! Hal itu karena saya hanya beraktivitas di dalam rumah saja dan ponsel saya tinggalkan di meja.

Andaikata dilakukan penelitian baru semasa pandemi dua tahun terakhir, mungkin hasilnya lebih mengejutkan. Bisa jadi orang Indonesia terdata hanya melakukan kurang dari 500 langkah saja dalam sehari. Dan pastinya, tetap akan jadi juara! Dari belakang tapinya…. Hehehe… 😀

Kredit Ilustrasi Dalam Artikel:

  • Fitur di laman depan: freepik.com , diambil dari kumparan.com
  • Peta grafis “rata-rata langkah penduduk dunia” : Tom Althoff / news.stanford.edu
  • Tabel diagram batang “negara-negara paling aktif dan paling tidak aktif di dunia” : Statista – Niall McCarthy / forbes.com
  • Daftar 46 negara “dimana orang paling banyak melangkah”: Nature – George Petra, USA TODAY

Sumber rujukan:

  • news.stanford.edu/2017/07/10/stanford-researchers-find-intriguing-clues-obesity-counting-steps-via-smartphones/
  • forbes.com/sites/niallmccarthy/2017/07/20/the-worlds-most-and-least-active-countries-infographic/?sh=325804613a26
  • p2ptm.kemkes.go.id/artikel-ilmiah/data-ponsel-dunia-orang-indonesia-paling-malas-berjalan-kaki
  • cnnindonesia.com/gaya-hidup/20221005191307-255-856832/daftar-10-negara-paling-malas-di-dunia-indonesia-nomor-berapa
  • usatoday.com/story/news/health/2017/07/12/u-s-among-worlds-laziest-countries-and-its-making-us-fat/471332001/
  • kumparan.com/berita-update/arti-mager-istilah-gaul-yang-sering-kamu-dengar-1w6FhXr3g6h

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s