Pakarnya Pakar, Ahlinya Ahli

Di tahun 2019 lalu, jagat per-Youtube-an Indonesia dibuat terkekeh oleh penampilan “Pak Ndul”. Dia mendaku diri sebagai “pakarnya pakar, ahlinya ahli”. Seperti dituliskan di kompas.com*), lelaki paruh baya tersebut aslinya bernama “Ahmad Sukoco”, berasal dari Madiun. Tepatnya dari Desa Muneng, Kecamatan Pilang Kenceng, Kabupaten Madiun, Provinsi Jawa Timur. Profesi aslinya sebelum menjadi Youtuber adalah petani.

Ia menjadi viral dan terkenal karena kanal Youtube-nya yang dinamai “WaGu” disukai banyak orang. “Wagu” adalah istilah bahasa Jawa yang kalau dalam bahasa anak gaul ’90-an setara dengan “jayus” atau “garing” atau “kriuk“. Lelucon yang tidak lucu. Namun, “wagu” dalam konteks kanal Youtube-nya “Pak Ndul” adalah singkatan dari “Waton Guyon”. Terjemahan bebas bahasa Indonesia-nya adalah “sekedar bercanda”.

Seperti bisa dilihat dari tangkapan layar (screenshot) yang saya jadikan ilustrasi di atas, video-video karya “Pak Ndul” bersama timnya ditonton mulai dari ribuan hingga jutaan kali. Dan itu tentunya mendatangkan penghasilan baginya. Di samping itu, tentunya juga ketenaran. Sehingga, ia beberapa kali diundang oleh media massa, terutama televisi.

Bahkan penampilannya menginspirasi Andre Taulany untuk ditampilkan oleh tim kreatif stasiun televisi Trans 7 sebagai karakter “Pak Pakarnya” di acara “Bercanda Pagi”. Tak heran, karena “Pak Ndul” sempat diundang di stasiun televisi Net TV dalam program “Ini Talkshow” dimana Andre adalah salah satu host-nya. Bisa jadi Andre kemudian mengusulkan hal itu kepada tim kreatif Trans 7 setelah programnya di Net TV berakhir.

Nah, saya tidak hendak mengulas mengenai karakter yang dimainkan Ahmad Sukoco maupun Andre Taulany. Saya justru hendak menyoroti penamaan karakter sebagai “pakarnya pakar, ahlinya ahli”.

Kita semua bisa menyaksikan fenomena munculnya “pakarnya pakar, ahlinya ahli” di media sosial. Terutama sekali di Facebook dan Twitter yang berbasis teks. Namun, di Instagram yang berbasis foto atau gambar serta di Youtube dan Tiktok yang berbasis video pun ada. Di sini saya hanya menyebutkan lima aplikasi media sosial paling populer di dunia saja. Karena kalau disebutkan semua, terus terang saya juga tidak tahu dan tidak hafal karena banyaknya.

Di beberapa situs menulis bersama atau blog umum seperti Kompasiana, Indonesiana Tempo, GNFI atau seword, juga banyak orang-orang semacam itu. Dan mereka ini umumnya cukup rajin karena mengejar muatan atau content, agar pemirsa atau pembaca mereka banyak. Sehingga, mereka pun ‘pating pecotot‘ (bahasa Jawa, artinya kira-kira “berbual-bual”) di sana.

Segala urusan dikomentari. Semua hal dia tahu. Tidak sekedar soal keseharian saja, sampai-sampai yang rumit pun dia memposisikan diri sebagai “pakarnya pakar, ahlinya ahli”.

Karena itulah di situs blog ini, saya memilih menghindari pola seperti mereka. Karena jelas tak ada orang yang “ahli dalam segala hal”. Seorang Leonardo Da Vinci saja, yang dalam sejarah tercatat sebagai orang “serba bisa”, tidaklah menguasai semua hal yang ada di dunia. Padahal, ia jelas-jelas nyata dan terbukti disertai fakta dan data dengan peninggalan karyanya, telah memberikan sumbangsih besar bagi peradaban manusia di berbagai bidang yang dikuasainya. Meskipun begitu, ia tidak pernah mendaku “ahli di segala bidang”.

Saya tahu, Ahmad Sukoco dan Andre Taulany adalah komedian yang berusaha melucu. Jadi, klaim mereka hanya bercanda saja.

Tapi, orang-orang yang menulis tentang segala hal di medsos jelas tidak bercanda. Mereka sedang berusaha “tampak pintar” dan “pamer ilmu”. Padahal, sejatinya kompetensi dan kapasitas mereka tidak sehebat itu.

Oleh karena itu, sejak 2013, saya berusaha “memutar arah” situs blog ini. Tidak lagi mencoba menggurui. Tidak lagi mengambil pelajaran dari kejadian sehari-hari yang saya tidak alami langsung. Tidak lagi terlalu banyak berkomentar atas berita yang sedang ramai dibahas di media massa. Tidak ikut-ikutan tren viral di media sosial. Tidak membahas apa pun yang saya tidak punya kapasitas.

Melainkan lebih menuliskan seseuai kompetensi dan kapabiltas saya. Cuma mengurus diri sendiri dan orang-orang terdekat, termasuk tentunya di urusan pekerjaan dan organisasi. Pengalaman dan kejadian yang nyata saya alami sehari-hari. Hanya sebagai “jurnal pribadi” saja. Pelajaran kehidupan bagi saya sendiri. Bukan hendak menggurui orang lain.

Andaikata berguna bagi orang lain, tentu saya bersyukur. Bila tidak, ya tidak apa-apa. Lha wong saya jelas bukan “pakarnya pakar, ahlinya ahli” jeeee….

Foto ilustrasi:

  • Fitur Laman: Tangkapan layar dari youtube.com/watch?v=ra_QKzNGmi8
  • Dalam Artikel: Tangkapan layar dari youtube.com/channel/UC-WEThq6-W2v3chFBQk0v9g/videos

Keterangan:

*) https://regional.kompas.com/read/2019/03/22/17270671/5-fakta-pak-ndul-si-ahlinya-ahli-asal-madiun-ingat-doa-ibu-hingga-tips-bagi?page=all

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s