Berupaya menghidupkan kembali situs blog ini, saya terpaksa menjelajah kembali ke belakang. Melihat-lihat tulisan lama. Ternyata, lumayan juga apa yang saya temukan. Karena di sana banyak kenangan dan ingatan akan sejarah hidup saya. Mau seperti apa pun, itu hidup saya. Tidak ada yang perlu malu karena sebenarnya semua itu sudah berlalu.
Apabila bagi beberapa kalangan memori itu diawetkan dengan foto, video, atau memorabilia seperti foto ilustrasi artikel ini, saya mengawetkannya antara lain dengan tulisan. Walau sebenarnya, sangat berantakan.
Ini karena saya bukan tipe orang yang gemar menulis “buku harian”. Oleh karena itu, ternyata blog inilah yang jadi semacam “jurnal kehidupan” bagi saya. Walau jelas ada keterbatasan, karena teknologi dan teknologi informasinya baru muncul belakangan. Blog ini baru dibuat tahun 2007, setelah blog generasi awal ada sekitar tiga-empat tahun sebelumnya. Blog saya di blogger.com sebenarnya sudah lebih dulu ada. Tapi karena fiturnya kurang, tampilannya agak membosankan dan mengisinya agak sulit, saya tinggalkan. Kini, platform WordPress ini yang merajai “dunia persilatan”. Untung juga saya tak pernah nge-blog di Multiply yang sudah jadi kenangan.
Nah, hidup kita ini juga semata cuma tumpukan kenangan saja. Hidup saya jelas berbeda dengan hidup orang lain. Dan bila anda membaca tulisan ini, wajar saja bila anda berarti “membaca hidup saya”.
Saat saya mencoba membereskan kenangan itu, saya menemukan banyak sekali hal. Baik dari catatan di dunia maya, maupun dunia nyata.
Berbeda dengan saya, kedua mantan pasangan saya termasuk penulis catatan harian yang cukup baik. Dari catatan mereka yang ditinggalkan di rumah saya, akhirnya saya tahu banyak hal yang dulu saya tidak tahu. Perlu digarisbawahi, saya adalah pribadi yang sangat menjaga privasi. Selama bersama saya, meski ada di samping tempat tidur, saya tidak pernah membuka buku dan agendanya. Itu karena saya menghormati dia. Tapi setelah dia tidak menghormati janji komitmen kami, tentu adalah hak saya memeriksa barang-barang yang ditinggalkannya.
Ingatan saya pun melayang-layang. Membawa ke masa-masa dahulu. Ada fakta dan data saya temukan, ternyata sejak dulu saya “bertepuk sebelah tangan”. Pola hubungan kami yang sangat terbuka, ternyata hanya saya yang melakukannya hampir sepenuhnya. Kenapa hampir? Karena saya tak sempurna. Toh saya sudah berusaha memenuhinya. Sementara dia, setengah memenuhi pun sepertinya tidak. Dan saya makin merasa terluka.
Tapi sudahlah, itu sudah jadi sejarah. Sejarah hidup saya sendiri. Kelak, saya akan coba menghindarkan anak-anak saya dari mengalami hal seperti pengalaman hidup saya.
Itulah gunanya merawat ingatan. Sebagai pelajaran kehidupan.
Sumber foto ilustrasi: ohdailytries.com/best-21-diy-memory-jar-ideas/