
Sekarang sudah era “Society 5.0”, katanya. Tapi “orang kita” banyak yang masih ketinggalan di “zaman batu”. Salah satunya adalah mereka yang ‘hobby‘ mengumbar janji.
Tidak… Saya tidak sedang membahas “orang atas”, penguasa atau semacamnya. Ini orang-orang biasa saja, orang ‘kebanyakan’… seperti saya dan anda. Dan kejadiannya juga sehari-hari. Kemungkinan besar anda juga mengalaminya seperti saya. Walau tentu saja konteks, situasi, dan kondisinya bisa berbeda.
Perhatikanlah foto tangkapan layar dari aplikasi pesan yang saya unggah di atas. Itu foto dari dua percakapan (chat) berbeda, dari dua orang yang berbeda pula. Sebelah kiri bertanggal 4 Februari 2022, sebelah kanan 10 Juni 2022. Tentu saja kedua foto itu sudah saya buramkan bagian-bagian yang bisa menunjukkan identitas si pengirim sebagai mitra komunikasi saya. Karena kalau tidak, saya bisa terkena UU ITE.
Saya hendak bahas yang sebelah kanan dulu. Di situ tertera jelas tanggal percakapan berlangsung pada 10 Juni 2022. Saat artikel ini ditulis dan diunggah, sudah tanggal 11 Juli 2022. Padahal di situ yang bersangkutan berjanji akan menemui saya “minggu depan”. Artinya sepekan setelah tanggal 10 Juni 2022, yang berarti 17 Juni 2022. Apa lacur, tidak ada kabar sama sekali dari yang bersangkutan.
Foto sebelah kiri malah lebih konyol. Ia menjanjikan akan menemui saya “mungkin nanti setelah pandemi turun”. Jangankan kita yang rakyat jelata, lha wong Presiden saja tidak tahu kapan pandemi akan berakhir. Itu pun masih ditambah dengan kata “mungkin” yang artinya jelas “belum pasti”. Jelas sekali yang bersangkutan enggan bertemu dengan saya. Kalimatnya itu senada dengan “nanti ya, kalau bulan dua…” Bulan dua itu bukan Februari. Tapi kalau Bulan si satelit Bumi di langit itu jadi dua.
Padahal, berkali-kali saya menemui orang yang lebih hebat daripada mereka, tapi perlakuannya jauh lebih baik. Sopan dan tidak asal umbar janji. Pendeknya, “time management” orang-orang sibuk itu justru sangat bagus. Sementara dua orang itu, saya tahu kok siapa mereka, apa aktivitasnya, yah… Intinya, mustahil mereka lebih sibuk daripada menteri, bukan?
Saya sih tak ambil pusing. Sabodo teuing. Saya tinggal mencoret mereka dari daftar teman saja. Selesai.