Bapakku adalah cinta sejati Ibuku. Itu pasti.
Dan itu baru saya ketahui di hari wafatnya Bapak. Sebagaimana tampak dalam foto yang diambil oleh istri saya, Ibu saya tampak begitu terpukul. Beliau yang sehari-harinya hanya terbaring di ranjang khusus seperti di R.S. karena sakit, pagi itu memaksakan diri bangkit. Bahkan kemudian ikut pula ke kediaman Purwokerto walau harus menempuh perjalanan darat selama 9 jam menggunakan mobil.
Pernikahan keduanya yang berusia 45 tahun telah melewati derai badai kehidupan. Bahkan di saat Bapak membuat kesalahan, Ibu menolak meninggalkan. Satu hal yang saya tahu, Bapak tak pernah membiarkan Ibu dan keluarga kami kekurangan materi. Bahasa Jawanya “sembodo”. Kondisi ini bahkan juga memayungi keluarga besar kedua belah pihak.
Saat mendengar dari saya bahwasanya Bapak wafat, ucapan yang pertama keluar dari Ibu adalah “Ya Allah… Bapak…” disusul “Inalillahi Wa Inna Ilaihi Raji’uun”.
Namun, yang berkali-kali diulangnya adalah permintaan maaf karena sebagai istri tidak mampu sepenuhnya melayani suami. Padahal, sebelum jatuh sakit, bakti dan pelayanan Ibu kepada Bapak sangatlah total. Bukan sekedar 100 %, tapi tak terhingga. Ada satu lagi ucapan Ibu kepada saya pasca wafatnya Bapak, yang merupakan sebuah kesaksian: “Bapakmu tidak pernah menyakiti Ibu”.
Saya belajar banyak dari pernikahan mereka berdua. Apalagi saya kini tengah belajar jatuh cinta lagi kepada wanita yang “khilaf” mau menjadi istri saya. Hanya wanita hebat dan kuat yang mampu menjadi istri saya sekaligus menantu orangtua saya. Dan sejauh ini, ia sudah mampu melakukannya dengan sangat baik.
Dan tentu saja, semua pasangan bisa memiliki cinta sejati. Walau tak selalu cinta sejati itu bisa bersatu dan saling memiliki. Karena kerap terhalang oleh kekuatan yang tak mampu mereka lawan. Satu yang jelas, cinta sejati tak hanya milik Habibie. Ibu dan Bapakku pun memilikinya.
{Tulisan ini merupakan bagian ketiga dari serial “Pelajaran Kehidupan Dari Wafatnya Ayahanda”.}
[Tulisan ini semula diunggah sebagai status di account FaceBook (F.B.) utama penulis pada tanggal yang sama. Dilakukan sejumlah pengubahan tanpa mengubah makna keseluruhan. ]
Kredit Foto Ilustrasi: tribun manado – tribunnews com