Dua tahun lalu, saya pernah menulis di blog ini tulisan berjudul: “Kembali ke Khittah Sebagai Blogger” (baca kembali di sini).  Tulisan itu dibuat hanya beberapa hari setelah saya -akhirnya- menikah resmi secara negara, selain secara agama tentunya. 

Kenyataannya jauh berbeda. Kesibukan di di dunia nyata seperti tak ada habisnya. Apalagi urusan rumah tangga dan juga rumah dalam arti fisik. 

Semua itu masih ditambah dengan adanya pengganti atau substitusi yang sangat memadai dari Facebook (FB). Unggahan status dengan algoritma yang senantiasa diperbaharui bahkan bisa menjadi viral. Walau pun alhamdulillah status saya belum pernah (dan semoga tak akan pernah) menjadi viral. 

Itu membuat kebutuhan akan pengakuan dan kehausan kepada perhatian seakan terpenuhi. Hal itu karena ada interaksi langsung di sana. Pembaca atau yang melihat status lewat di linimasanya bisa memberikan suka (like) bahkan berkomentar.

Dan saya menyadari bahwa itu palsu belaka. Bak meminum air laut saja. Makin diminum makin haus. Sebanyak apa pun interaksi di media sosial itu semu. Mewujudkannya menjadi satu tindakan nyata di dunia nyata perlu usaha tersendiri lagi. 

Karena itulah kemarin saya menulis status tersebut di account FB kedua saya (kedua dalam arti prioritas, bukan urutan pembuatan karena itu justru yang terakhir dibuat). Sementara penjelasan lain yang lebih panjang saya tulis di account FB pertama.

Pada dasarnya, saya ingin kembali beristirahat dari medsos karena lelah. Sebab pasca Pemilu -terutama Pilpres- yang sudah berakhir, suasana masih diwarnai hujatan dan risakan. Auranya negatif.

Dalam upaya merumuskan isi (content) positif itulah, saya mundur sesaat. Ditambah saya hendak menyelesaikan sejumlah buku yang sedang saya tulis. Plus kembali mengaktifkan blog ini dengan menulis setiap hari serta “menambal” kekosongan isinya yang tertinggal selama ini.