12 Mei 1998: Misteri Sejarah Kelam Bangsa

 

Hari ini di tahun 1998 adalah sebuah sejarah kelam bangsa Indonesia. Terjadi kerusuhan besar di Jakarta dan sekitarnya, Medan dan sekitarnya, serta Surakarta dan sekitarnya. Ketika itu, terjadi penjarahan besar-besaran di sejumlah pusat perbelanjaan. Tidak berhenti sampai di situ, terjadi pula pembakaran banyak tempat publik termasuk kantor pemerintahan dan markas polisi. Juga terjadi pembunuhan dan pemerkosaan terutama terhadap etnis Tionghoa. 

Jumlah data korban yang dikumpulkan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) bervariasi. Di Jakarta saja, menurut Data Pemda DKI Jakarta, terdapat 288 orang meninggal dunia dan 101 orang luka-luka. Sementara menurut data Polda Metro Jaya sebanyak 451 orang meninggal dunia. Sedangkan data Kodam Jaya 463 orang meninggal dunia dan 69 orang terluka. Selain itu juga ada korban kekerasan seksual berupa perkosaan dengan penganiayaan sebanyak 14 orang, penganiayaan seksual 10 orang dan pelecehan seksual 9 orang. *)

Terjadi juga kerusuhan di kota-kota lainnya dalam skala lebih kecil namun juga memakan korban tidak sedikit. Di Palembang dan sekitarnya, terdapat 1.232 bangunan rusak dan dibakar. Demikian pula di Padang, Bandar Lampung, Surabaya, dan Boyolali.**)

Peristiwa kerusuhan massal yang berlangsung dari tanggal 12 hingga 14 Mei 1998 di Jakarta tersebut menandai kejatuhan rezim Orde Baru. Hingga kini, kita semua masih bertanya-tanya siapakah sebenarnya aktor intelektual penggeraknya. Semua masih tertutup selubung misteri. Walau pun indikasinya jelas, namun tak pernah ada tokoh besar yang ditangkap. Bahkan, aktor penggerak lapangannya pun tak jelas diketahui selain ciri-cirinya. Tak heran, hingga kini keluarga para Pahlawan Reformasi dan orang hilang lain masih terus menggelar aksi  Kamisan di depan Istana Negara. 

Kesulitan pemerintah dan aparat penegak hukum mengungkap kasus tersebut bukan sekedar karena kerumitannya, tapi bisa jadi karena kekuatan para aktornya. Kita semua tahu, di saat kritis dalam sejarah bangsa Indonesia modern tersebut, terjadi pertarungan perebutan kekuasaan antara beberapa pihak. Beberapa kubu yang terlihat di permukaan adalah kubu Soeharto, Habibie, Wiranto dan Prabowo. 

Bahkan hingga kini, di 2019, setelah 21 tahun berlalu, ternyata beberapa tokoh tersebut masih berada di lingkar kekuasaaan negara. Setidaknya, dua nama masih kokoh di puncak: Wiranto dan Prabowo. Walau Wiranto bukanlah aktor utama lagi, namun ia tetap memegang satu jabatan penting di pemerintahan. 
Sementara Prabowo yang dulu berada di ‘inner circle’ Orde Baru, kini justru jadi penantang di luar lingkaran kekuasaan.

Rivalitas lama ini sebenarnya tidaklah sehat. Kita tahu narasi-narasi gaya rezim otoriter terus dikumandangkan. Ironisnya, kali ini pihak yang menyuarakannya adalah oposisi. Aneh sekali misalnya, presiden yang sedang berkuasa malah dituding sebagai PKI dan/atau keturunannya. Padahal, syarat untuk menjadi pemimpin pemerintahan adalah “bersih diri & lingkungan”, satu terma yang justru ditetapkan rezim Orde Baru. Jokowi sudah pernah menjadi walikota dan gubernur sebelum menjadi presiden, sudah pasti beliau sudah lulus “litsus” (penelitian khusus) yang dilakukan gabungan aparat kepolisian, militer dan intelijen negara.

Dari situ jelas sekali, bahwa kelompok pendukung Orde Baru yang ingin kembali berkuasa mencoba menerapkan pola-pola lama. Salah satu dari pola lama yang mengemuka sayangnya termasuk jargon semacam “Ulangi ’98!”. Jargon ini mengerikan karena kita tahu yang dimaksudkan adalah mengulangi kerusuhan 1998. 

Nah, kini pertanyaannya, apakah korban bersedia peristiwa mengerikan tragedi kemanusiaan itu terulang? Jawabannya jelas dan tegas: tidak. Lalu, siapa yang menginginkan terulangnya rangkaian kekejaman itu? Anda yang bernalar lurus dan berakal sehat pasti tahu jawabannya. 

*) Sumber: http://tirto.id/jumlah-korban-kerusuhan-13-19-mei-1998-coiZ

**) Sumber: https://beritagar.id/artikel/infografik/menengok-amuk-mei-1998

Sumber ilustrasi: https://daerah.sindonews.com/read/1108373/29/misteri-dalang-tragedi-trisakti-dan-kerusuhan-mei-1998-1463153318

1 responses to “12 Mei 1998: Misteri Sejarah Kelam Bangsa

  1. Jangan lupa mas bay, SBY walaupun bkn sentral di pusaran sejarah jatuhnya orba, dia sempet jadi jubir panglima abri/wiranto saat pertemuan di gedung MM UI di tanggal yg sama 21 thn yg lalu
    CMIIW

Tinggalkan Balasan ke Whd Batalkan balasan