“Avengers: Endgame” & Indonesia

Tenang, tulisan ini bukan spoiler. Malah bisa jadi masuk genre “cocoklogi”. Yah… Sekedar pemikiran inilah yang saya renungi pasca menyaksikan film itu.
Seringkali saya heran, kenapa ada orang yang memilih menjadi jahat. Filsafat manusia dan psikologi klinis punya beberapa alternatif jawabannya. Tapi saya tak akan bahas hal itu di sini. 
Saya cuma mau menjawab dengan pemikiran saya sendiri. Orang memilih jadi jahat karena dua hal saja: dia tidak tahu dan/atau menguntungkan. 
Apa hubungannya dengan Indonesia? Kita bisa amati kondisi nasional saat ini. Ada orang-orang yang memilih memihak kejahatan.
Untuk level pengikut, bisa jadi mereka tidak tahu. Termakan hoax, fake news, hate speech dan agitprop lainnya. Tapi untuk level pimpinan? Mustahil mereka tidak tahu kalau segala yang mereka lakukan itu jahat.
Dari Thanos, saya bisa menarik pula satu motivasi kenapa ia hendak memusnahkan penghuni alam semesta. Walau saya pertama kali “dong” pada motif dan motivasi teroris dari film “Source Code” (2011). 
Well, Thanos tidak merasa dirinya jahat. Sebaliknya, ia merasa sedang menyelamatkan alam semesta dari kebobrokan.
Nah, masalahnya, “kebobrokan” itu adalah subyektif dari sudut pandangnya sendiri. Thanos menihilkan sudut pandang pihak lain. Lebih jauh lagi, Thanos juga memilih mengingkari kebaikan dan kinerja pihak lain. Semua dianggapnya buruk, jelek, kurang.
Hal itulah yang di film “The Day the Earth Stood Still” (2008) diupayakan oleh karakter Helen Benson (Jennifer Connelly). Ia menerangkan bahwa masih ada kebaikan dan cinta pada umat manusia. Sehingga Klaatu (Keanu Reeves) membatalkan untuk menghancurkan Bumi.
Kita tahu dari narasi yang beredar, bahwa ada pihak yang merasa sedang “menyelamatkan Indonesia”. Padahal, sejatinya mereka justru sedang berupaya menghancurkannya. Seperti pernah dipidatokan oleh junjungan mereka, ia mengancam bahwa Indonesia akan hancur pada 2030. Dan itu justru akan terjadi kalau mereka berkuasa.
Untunglah Avengers menang. Dan Thanos kalah.

[Tulisan ini pertama kali diunggah sebagai status di FB utama penulis]