Coretan ini untukmu yang berulang tahun hari ini, yang pernah mendampingiku selama 7 tahun, sekitar dua dasawarsa lalu…
Untuk engkau yang kutulis namamu di skripsiku dengan penuh cinta. Namun, kau tikamkan sembilu padaku hingga menjadikannya pilu.
Kini kubertanya, bagian mana di hidupmu saat bersamaku yang kau bilang mimpi buruk?
- Aku yang temperamental atau kau yang emosional?
- Aku yang pemangsa atau kau yang menyodorkan diri?
- Aku yang pembual atau kau yang pendusta?
Lalu, kau titip pesan kepada istriku lewat temanmu “Jangan percaya semua yang dia katakan soal aku…”
Oh yeah? Semua? Apakah itu termasuk:
- Bahwa skripsimu sebagian besar aku yang membuatkan?
- Bahwa tiga semester akhir kuliahmu aku yang bayar?
- Bahwa beberapa tugasmu -termasuk yang diampu dosen yang menyayangimu itu- aku yang membuatkan?
- Bahwa kamu minta ini-itu dan morotin uangku & uang orangtuaku?
- Bahwa kamu hampir tiap hari kuantar-jemput dengan mobil sejak kuliah hingga bekerja?
- Bahwa pekerjaan pertamamu di perusahaan ayahku?
- Bahwa pekerjaanmu di media asing itu, aku yang mencarikan dan memasukkan lamarannya?
Entah setan apa yang merasukimu hingga tega berkata seperti itu. Alzheimer-mu kau salahkan penyebabnya kepadaku? Apa hubungannya? Tidak ada trauma non fisikal yang bisa menyebabkan penyakit itu.
Atau kau juga fitnah aku pernah menamparmu atau memukulimu? Serupa halnya kau fitnah aku telah mengambil kegadisanmu, sebagaimana ceritamu kepada pecundang yang kini jadi suamimu? Padahal kaulah yang selingkuh dariku, saat berlibur ke Bali bersama blasteran bule itu seusai dari tugas di Timtim pada tahun 2001.
Lalu bagaimana dengan psikotik dan psikopatmu? Sudahkah kau berobat alih-alih mengarang fitnah keji?
Sekarang:
- Beranikah kau kembalikan ijazahmu ke kampus dan dengan ksatria bilang, “Maaf, saya tak pantas dapat ijazah ini karena skripsi atas nama saya tak dibuat sendiri.”
- Beranikah kau bilang kepada suamimu bahwa selama ini kau telah banyak berbohong?
- Beranikah kau diinterogasi dalam keadaan terhipnotis penuh atau disumpah pocong?
Ah, sudahlah!
Pasti kau terlalu pengecut untuk itu semua. Kau anggap itu tak perlu. Tak apa.
Kau bisa bohongi semua manusia di dunia. Tapi tidak kepada Tuhan. Entah kau masih percaya Dia atau tidak. Karena Pengadilan Hari Akhir pasti ada. Di sana mulut jahatmu tak lagi bisa bicara. Dan kau yang telah jadi setan, semoga akan berkumpul dengan sesamamu di neraka.
Gusti mboten sare, nduk. Dan Dia Maha Tahu Segala. You must believe that!