Krisis Budi Pekerti

Krisis Budi Pekerti

Coba cermati “pergaulan” di medsos, betapa carut-marutnya komunikasi di sana. Banyak “pakar” yang tak jelas “jadi-jadian” dari mana. Dan ternyata “Jonru lovers” begitu banyaknya. Menganggap fitnah dan kebohongan dibenarkan. Hasil menafikan proses. Yang penting tujuan tercapai.

Baik bahasan politik atau lainnya, terasa sekali “budi pekerti” dikesampingkan. Banyak yang tak tahu bedanya mengkritik dengan menghujat. Bercanda dengan merisak. Memberi saran dengan menghina. Merasa diri paling benar semata karena sudah belajar. Padahal entah kesahihan dalil dan kelurusan logikanya. 

Memaksakan pendapat. Tidak menghargai orang lain. Meremehkan kompetensi, keahlian, dan senioritas. Merasa diri berhak berbuat apa saja.

Apalagi di dunia maya, anonimitas menjadi “mantra suci” pelakunya. “Lempar batu sembunyi tangan” tak lagi dianggap salah. Melecehkan orang lain menggunakan jari yang mengetikkan tulisan dan mengunggah meme dilakukan dengan santai.

Ini tentu berimbas pula di dunia nyata. Lihatlah di jalan raya perilaku pengendara. Tengoklah jagat perdagangan daring yang belum terjamin. Tinjaulah perilaku “kids jaman now” yang seringkali bikin geleng kepala. Bahkan gelar, jabatan, dan pangkat seringkali bukan jaminan “attitude” dan “habit” teladan.

Indonesia kini krisis budi pekerti. Dan itu jelas tak bisa ditanggapi sekedar dengan “wkwkwkwkwk” atau “om telolet om” yang mendunia.

[Tulisan ini juga diunggah sebagai status di account FaceBook utama penulis.]

Gambar ilustrasi: http://uban77.wordpress.com

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s