Beberapa waktu lalu, dosen saya Bang Rocky Gerung melansir pernyataan bahwa pemerintah adalah pihak yang paling mampu memproduksi hoax. Karena posisinya sebagai Timses paslon 1 di Pilkada DKI Jakarta, tentu pernyataannya tendensius.
Namun, apabila bisa menarik jarak dari hal itu, secara esensial filosofinya benar. [Tuh, gue adil, proporsional & obyektif kan teman2 filsi UI? 😉 ] Kenapa? Karena pemerintah punya sumber daya memadai untuk memproduksi kabar, isyu hingga agitasi dan propaganda apa pun
Di Indonesia, hoax terbesar pemerintah adalah Supersemar. Kenapa? Karena surat aslinya tak jelas yang mana. Di Arsip Nasional Republik Indonesia (A.N.R.I.) ada 3 salinan surat yang berbeda. Malah, konon ada 1 salinan lagi. Bila ke-3 Supersemar di A.N.R.I. cuma 1 lembar, konon Supersemar aslinya ada 2 lembar!
Mengerikan karena atas dasar surat inilah pengambilalihan kekuasaan dari Soekarno dimulai oleh Soeharto. MPRS yang anggotanya sudah diganti lalu memperkuatnya dengan Tap MPRS IX/1966 sehingga Presiden Soekarno tak bisa mencabutnya. Ini disusul dengan serangkaian Tap MPRS lainnya dan Sidang Istimewa MPR yang memakzulkan sang Presiden Seumur Hidup itu. Dan kemudian berkuasalah Orde Baru selama 32 tahun berikutnya.
Kebanyakan orang mungkin lupa hari ini 11 Maret seperti meme yang saya jadikan ilustrasi. Tapi saya dan banyak teman tidak. Apalagi bagi kami eks-aktivis ’98.
Ditambah hari ini ada acara peringatannya di Masjid At-Tiin Taman Mini Indonesia Indah-Jakarta Timur. Penyelenggaranya? Jelas “Keluarga Cendana” yang dimotori Hutomo “Tommy” Mandala Putra dan Siti “Titiek” Hediati. Pendukungnya? Sebagian adalah pendukung paslon nomor 3 di Pilkada DKI Jakarta. Pesertanya? Sebagian adalah FPI, HTI dan “alumni 212” lainnya.
Jadi, yakin masih mau mengagitasi kalau Jokowi sama saja dengan Soeharto? Masih mau memfitnah kalau pemerintah sekarang adalah “Neo-Orba” ? Kami adalah lawan mereka yang sejati, Bos!