Ulasan Debat Kedua Pasangan Calon Gubernur-Wakil Gubernur DKI Jakarta

  • Lokasi: Wisma Bidakara, Jakarta Selatan
  • Hari, Tanggal: Jum’at, 27 Januari 2017
  • Penyelenggara: KPU DKI Jakarta
  • Moderator/Host: Eko Prasodjo & Tina Talisa

Dalam debat kedua ini, terjadi perubahan metode dan prosedur debat. Diharapkan para paslon (pasangan calon) tidak lagi melakukan “serangan pribadi” ke paslon lain. Saya di sini hanya sedikit mengulas mengenai penampilan para kandidat terutama dari segi komunikasinya.

PASLON 1

  • Agus Harimurti Yudhoyono (AHY)

AHY belajar sangat banyak dari penampilan di debat pertama. Ia tampil jauh lebih baik dan tenang. Tidak lagi tegang dan terkesan merapalkan hafalan. Juga sudah sangat jarang melihat ke arah barisan pendukungnya seolah meminta bantuan.

Matanya lebih ramah, sesekali senyumnya mengembang. Dan ia lebih runut menguraikan. Lontaran istilah berbahasa Inggris juga jauh berkurang. 

Kelemahannya tentu saja pada konsep yang mengambang. Beberapa konsepnya cuma eufemisme dan pemberian istilah lain atas program petahana. Bagi saya, justru blunder karena yang bersangkutan terlalu “ad hominem” kepada paslon 2. Dengan terus-menerus menekankan pada “karakter buruk” BTP dan bukan pada kinerjanya.

  • Sylviana Murni (SM)

SM tampil paling buruk dalam debat kedua ini. Bahasa tubuh (gesture) yang ditampilkannya menunjukkan kesombongan. Satu yang paling fatal adalah saat ia dengan sengaja mengacungkan jempol terbalik sambil tertawa saat BTP bicara. Sangat tidak sopan. 

Padahal dari segi usia, pengalaman, dan pendidikan, semestinya ia bisa menjadi pelengkap yang mendukung pasangannya. Tapi di debat kali ini, semua harapan itu musnah.

Sebagai birokrat yang seharusnya berpengalaman, ia semestinya menguasai data seperti BTP-DSH. Tetapi faktanya justru terbalik. Ia terlalu banyak retorika. Dan tentu saja ia jadi bahan tertawaan saat gagal menyampaikan pertanyaan kepada paslon 3, hingga menampilkan “tarian Ahok”. 

PASLON 2

  • Basuki Tjahaja Purnama (BTP)

Entah kenapa, BTP alias Ahok terasa gamang dan tampil di bawah kemampuan biasanya (under perform). Beberapa kali ia kehabisan waktu bicara dan terpotong oleh bel. Musababnya ia mencoba menghabiskan sisa waktu yang masih tersisa sangat sedikit usai DSH menjelaskan.

Untunglah, paslon lainnya seperti biasanya kalah data dan tindakan. Sehingga ia masih unggul dalam pemaparan. 

Ini masih ditambah kekeliruan SM yang tidak sempat melontarkan pertanyaan kepada paslon 3, sehingga “diledek” oleh ARB. Dan BTP kemudian “menengahi” dengan gaya seperti sedang menari.

Secara umum, jelas BTP sangat menguasai masalah dan paham bagaimana secara teknis melaksanakan program. Hanya saja caranya menerangkan dengan gaya meremehkan agak kurang nyaman untuk dilihat.

  •  Djarot Saiful Hidajat (DSH)

DSH yang berusia lebih tua daripada pasangannya mampu tampil tenang dan dewasa. Hanya saja ia agak terpengaruh karakter Ahok dengan beberapa kali terkesan meremehkan jawaban atau ucapan paslon lain. Tertawa kecil seraya agak menyeringai merupakan satu gesture negatif.

Selain itu, ia mampu menjadi penyeimbang yang bagus. Tampil tidak menonjol dan berusaha menahan diri agar tidak tampak lebih hebat daripada calon gubernurnya. 

PASLON 3

  • Anies Rasyid Baswedan (ARB)

ARB paling positif tendensinya dalam debat kali ini. Ia mampu tampil lebih intelektual sesuai kapasitasnya. Dan beberapa kali ia tak terpancing oleh “ledekan” lawan, tak seperti pada debat pertama.

Ia tak lagi selalu mengkritik paslon 2, tapi juga mulai menyerang paslon 1. Dan itu jelas tampak saat ia maju mendekati SM saat cawagub paslon 2 itu tak mampu menyelesaikan pertanyaannya.

Tampil santai mampu menampilkan sosoknya yang intelektual dan santun. Dan itu jelas membuat apa yang disampaikannya bisa dikomunikasikan lebih jelas. Dan itu masih ditambah positifnya dengan membawa kertas karton berukuran besar berisikan data untuk dipaparkan ke atas panggung.

  • Sandiaga Salahuddin Uno (SSU)

Dengan menjadi mantan calon gubernur, sebenarnya SSU sudah berbesar hati. Ia sudah berkampanye sejak setahun lalu. Bahkan sebelum ada “perjodohan” antar parpol (partai politik). Dalam kapasitas ini, program “OK-Oce” yang jadi unggulan paslon ini pun sebenarnya merupakan keahlian SSU. Padahal ia kini hanya jadi Wagub.

Ini “so-so” sebenarnya. Karena malah jadi melemahkan sosok ARB yang lebih dikenal sebagai “tokoh pendidikan”. Untunglah kali ini keduanya tampil tenang. Sehingga penampilan SSU pun tampak prima.

Hanya saja, pemaparan konsep programnya masih sangat permukaan. Pengambilan contohnya pun terlalu sempit. Sehingga terkesan agak kurang layak diimplementasikan.

Foto: kompas.com

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s