Untung Saya Bukan Motivator #2

mario-teguh-screenshot-from-kaskus

Bagi penganut dan pendukung konsep utopis “pernikahan ideal”, ada beberapa kriteria yang ditetapkan. Salah satunya adalah hanya sekali saja, dengan satu orang pasangan, untuk selamanya. Dalam bahasa agama bisa digunakan dalil “apa yang sudah dipersatukan Tuhan tak boleh diceraikan manusia”, atau konsep serupa tapi tak sama seperti “sakinah, mawaddah, warahmah”. Intinya, pernikahan dianggap sebagai lembaga suci yang diberkati Tuhan.

Namun, dalam hidup, shit happens. Banyak pernikahan kandas karena berbagai hal, sehingga terjadi perceraian. Di sisi lain, ada yang “terlalu sukses” sehingga sampai perlu “nambah” dengan poligami. Bila perceraian dipandang tak baik, poligami sebaliknya….bagi agama tertentu. Dan, lebih berat ke menguntungkan pihak lelaki. Perasaan wanita tak bisa dipungkiri akan terluka bila dimadu. Itulah mengapa ada “solidaritas ibu-ibu anti poligami” yang serentak memboikot Aa’ Gym dan Puspowardoyo (pemilik jaringan Ayam Bakar Wong Solo) karena masalah poligami. Bila Aa’ Gym perlahan bisa bangkit lagi dan masalah rumah tangganya bisa dilokalisir, Puspowardoyo bangkrut total.

Posisi lelaki pun lebih menguntungkan dalam masyarakat patrilineal dibandingkan perempuan dalam perceraian. Status “duren” alias “duda keren” lebih mentereng daripada “janda kembang”. Kenapa? Karena janda yang dianggap “berpengalaman” diasumsikan bakal berpotensi “merebut” atau minimal “mengganggu” suami orang.

Gambaran menarik dari sastra adalah cerpen karya Seno Gumira Adjidarma berjudul “Dilarang Menyanyi Di Kamar Mandi” yang juga sempat dibuatkan film pendeknya. Di kisah itu, seorang janda di sebuah kampung sampai diadili warga karena suaranya saat menyanyi di kamar Mandi Cuci Kakus (MCK) umum membuat para lelaki termehek-mehek. Para lelaki yang, tentu saja, adalah suami orang.

Makin tinggi status sosial seseorang, makin imun dia dari tekanan lingkungan seperti itu. Suara nyinyir di komplek perumahan lebih minim pada ranah privat semacam. Demikian pula di lingkungan kerja yang merupakan perusahaan swasta lebih ringan daripada institusi negeri. Walau tentu saja tetap ada satu-dua anomali.

Nah, bagaimana dengan MT? Harap diperhatikan baik-baik bahwa publik baru tahu ia pernah menikah dan punya seorang putra baru-baru ini saja. Ario Kiswinar yang mengaku anak MT dari pernikahan dengan Ariyani muncul di acara talkshow “Hitam Putih” di Trans7 pada hari Rabu, 7 September 2016. Acara yang dipandu Deddy Corbuzier itu memberi forum untuk satu pihak membuka ranah privat ke domain publik.

Sekarang perhatikan screenshot yang saya unggah. Itu adalah dari forum terbesar di dunia maya Indonesia, kaskus. Di sana, para komentator tanpa identitas bebas menuliskan apa saja -termasuk ujaran kebencian- tanpa perlu kuatir. Walau ada admin yang memantau, tetapi tetap saja sensornya tak ketat.

Lihatlah kapan Thread Starter (T.S.) memulai topik tentang MT itu. 10 Desember 2012. Jauh sebelum 7 September 2016 bukan? (Foto kiri atas). Dan perhatikan apa saja yang dibahas para komentator tanpa identitas itu. Ada yang identitasnya “entotable” dan komentarnya “congor hasyuuu”. (Foto kanan atas).

Jadi, apakah MT dibenci karena perceraian? Tidak. Apakah MT dibenci karena dia menelantarkan anaknya? Bukan juga. Mungkin karena isi pelatihannya yang dianggap lebay bahkan bullshit? Bisa jadi. Tapi tidak selalu.

Lalu, kenapa sebenarnya Mario Teguh dibenci? Karena dia Mario Teguh!

(Bersambung besok)

 

Catatan: Tulisan ini semula dimuat pertama kali sebagai status di account Facebook profile utama penulis pada hari Rabu (21/9).

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s