​

PHP di sini adalah singkatan “gawul” untuk “Pemberi Harapan Palsu”. Bukan istilah TI yang berarti “Personal Home Page” ketika pertama kali digunakan Rasmus Lerdorf pada 1994.

Rasanya setiap kita pernah di-PHP-in. Ini adalah satu bentuk janji dari orang yang tak mau memberikan kepastian. Sebenarnya, ini adalah penolakan halus. Biasanya, terkait dengan satu janji pertemuan atau kepastian waktu pelaksanaan suatu aktivitas.

Tidak hanya dalam hubungan inter-personal lho ada PHP, tetapi juga dalam transaksi komersial. Mungkin anda yang punya online shop sering merasakannya. Karena itu, dalam salesmanship diajarkan berbagai script untuk menangani penolakan. Tentu saja, tujuan akhirnya adalah penjualan.

Namun, dalam komunikasi antar pribadi, bagi saya adalah kekonyolan bila terus “ngeyel”. Satu kata yang sebenarnya 11-12 dengan “gigih”. Kita malah bisa dipandang sebagai orang yang “annoying” alias menyebalkan.

Maka, saat ada orang yang memberi jawaban seperti screenshot yang saya unggah, saya langsung ambil jarak. Itu berarti saya dianggapnya tak penting. Maka, buat apa saya menganggapnya sebegitu penting?

Karena saya tahu tak ada orang yang sesibuk mesin. Pasti ada waktu, karena semua orang diberikan sama: 24 jam. Tinggal bagaimana memanajemeninya saja.

Sebagai contoh konkret, saat saya meminta waktu bertemu dengan seseorang yang menghargai saya, dia akan mengecek dan memberitahukan jadwalnya. Ini contoh dialognya:

Bhayu: Bro, gue mau mampir kantor lu nih. Kapan ada waktu?

Masbro: Bentar… Gue liat jadwal dulu. Besok gue ada meeting seharian. Lusa ada seminar… Tiga hari lagi bisa keknya. Lunch time?

Bhayu: Siap Masbro. C u ya. Ty.

Nah… Itu baru contoh orang yang manajemen waktunya baik. Bukan menggantungkan urusan orang dan malah cuma PHP.

✋

#nauindiri #hidup #lifeskill

[Tulisan ini pertama kali diunggah sebagai status di FB utama penulis pada tanggal yang sama.]