Fenomena AADC 2

aadc 2 meme kartun

Film yang konon paling ditunggu di 2016 ini akhirnya rilis juga. Tayang secara resmi di seluruh jaringan bioskop tanah air pada hari Kamis, 28 April 2016, dalam dua hari film ini menembus jumlah penonton 200.000 orang. Memang, jumlah ini sudah diperkirakan sebelumnya karena sejak dirilis sebagai bagian dari kampanye iklan LINE, terjadi euforia terhadap film ini. Dengan cerdiknya dua segmen pasar terbesar sekaligus direngkuh. Pertama, tentu mereka yang memiliki nostalgia terhadap sekuel pertama film ini yang tayang pada 2001. Dan kedua, tentu saja mereka yang masih berusia remaja. Dimana romansa cinta merupakan satu hal yang begitu berwarna bagi mereka.

Diprediksi, film ini dengan mudah menembus angka keramat 1 juta penonton. Patut diketahui, rata-rata film Indonesia hanya ditonton sekitar 2.500 orang saja. Sehingga, bila ada satu film yang berhasil menembus angka 500.000, ia sudah masuk kategori “box office”. Dan angka 1 juta, tentu begitu wow karena ia akan masuk jajaran film Indonesia terlaris sepanjang masa.

Sutradara Riri Riza dan Produser Mira Lesmana cukup cerdik menyiasati film dengan tidak menggunakan setting di New York. Padahal, dalam iklan LINE digambarkan Rangga (Nicholas Saputra) selama ini berada di New York. Hal itu juga merupakan situasi di akhir film Ada Apa Dengan Cinta (2001) yang dramatis. Hal ini diperkuat dengan peluncuran buku puisi dan foto karya Aan Mansyur yang berjudul “Tidak Ada New York Hari Ini”.

Hampir semua pemain utama film sekuel pertama main, kecuali Ladya Cherryl yang memerankan Alya. Ia dikabarkan menolak ajakan ikut serta karena akan melanjutkan pendidikannya ke jenjang pascasarjana. Sementara seluruh pemain lama tetap memainkan karakter masing-masing. Dan tentunya ceritanya juga merupakan kelanjutan dari film pertamanya.

Kehebohan film ini bersaing ketat dengan peluncuran sekuel film dari Marvel bertajuk Captain America: Civil War. Bahkan, di bioskop Indonesia, jumlah layar AADC 2 lebih banyak daripada film Hollywood itu. Padahal, di seluruh dunia, film CA:CV menangguk keuntungan begitu besar. Hanya di minggu pertama tayangnya, ia sudah meraup sekitar US$ 15 juta. Tapi, di Indonesia, sepertinya ia harus mengalah kepada film lokal, AADC 2.

Fenomena larisnya film ini sebenarnya menunjukkan, bahwasanya masyarakat kita mau saja menonton film nasional. Hanya saja masih ada stigma bahwa film kita itu banyak yang bermutu rendah. Sebutlah semata menonjolkan seks. Padahal, data 10 tahun terakhir, justru film-film berkualitas tinggi seperti Laskar Pelangi dan Ayat-ayat Cinta yang keduanya rilis 2008 yang diminati masyarakat.

Oleh karena itu, sudah seharusnya semua pemangku kepentingan di dunia film mampu mengkampanyekan lebih giat kecintaan kepada film Indonesia. Dalam hal ini, pendekatan ala kampanye produk yang digalang oleh AADC2 bisa ditiru. Walau tentu tak bisa seratus persen sama karena justru akan menimbulkan kebosanan. Intinya, karena film adalah produk seni kreatif, maka cara pemasarannya pun seharusnya kreatif.

 

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s