Resolusi 2016: Tahun Paripurna Saya

resolusi-2016-800x445

Alhamdulillah kita telah menapaki tahun 2016, tahun yang dalam penanggalan China disebut tahun “monyet api”. Meski Imlek tahun Tionghoa 2567 baru akan terjadi pada 8 Februari 2016 mendatang. Sehingga dalam dua bulan pertama tahun ini masih melanjutkan sisa tahun “kambing kayu” dari tahun 2015.

Menilik kembali “Resolusi 2015 Saya“, harus saya akui banyak yang tak tercapai. Target menulis setiap hari di blog ini dan di laman saya http://kompasiana.com/bhayu misalnya, tak terlaksana. Tetapi untuk itu saya tidak menyesalinya. Karena setelah menyelesaikan penulisan “Ada Asa Dalam Cinta” pada Februari 2015, saya mendapati target itu “salah fokus”. Tadinya, saya memang mengincar salah satu penghargaan “Kompasiana Award” dalam Kompasianival. Tetapi, saya lantas tahu kalau pun saya mendapatkannya, hal itu tidak berguna banyak bagi hidup dan karir saya. Maka, saya pun lantas “banting setir”.

Karena terus-terang, saya menulis tidak bisa asal. Untuk menulis satu artikel di blog ini saja, paling tidak saya perlu waktu 15 menit. Apalagi kalau untuk menuliskan kritik film di http://resensi-film.com, saya perlu waktu setidaknya 1 jam. Dan itu hanya untuk menuliskannya, belum termasuk riset bila memang diperlukan.

Di tahun 2015 pula, saya mengalami musibah terakhir yang memukul keras. Saya mengalami tindak kriminalitas berupa mobil saya dijebol maling. Ini kali kedua saya menjadi korban kejahatan serupa setelah pertama kali pada 1995. Dan barang yang dicuri sangat berharga: laptop dan external hard disk berisikan data pekerjaan saya selama 15 tahun lebih hilang. Dan hal ini termasuk ribuan tulisan, ribuan foto dan naskah buku yang siap terbit. Terus-terang, saya shock. Dan banyak pekerjaan saya terpaksa tertunda. Saya pun mencoba mengantisipasi collateral effect sebisa saya.

Maka, di tahun 2016, ini saya tidak mencanangkan resolusi yang ‘neko-neko’. Resolusi pertama saya justru menyelesaikan apa yang belum selesai di tahun 2015 lalu. Hal ini cuma ditambah 1-2 target pribadi saya yang saya rasa tak perlu saya ungkapkan di sini.

Sebagai catatan, di tahun 2016 ini, saya akan genap berusia 40 tahun. Ada kata pepatah barat yang berbunyi, “life begin at forty”. Ya, hidup dimulai di usia 40 tahun. Kenapa begitu? Karena di usia 40 tahun, seseorang dianggap sudah matang. Ia sudah mencapai hampir semua target atau tujuan hidupnya. Secara finansial ia biasanya sudah cukup mapan. Secara psikologis, seorang berusia 40 tahun dianggap “sudah selesai dengan dirinya”.

Dan justru dengan musibah di akhir tahun yang saya alami, saya justru diajarkan dua hal besar: keikhlasan dan kerendahan hati. Saya yang cenderung memiliki sindroma OCD (Obsessive Compulsive Disorder) jadi makin mafhum bahwasanya segalanya memang milik Tuhan. Isyu kepemilikan hanyalah ilusi.

Saya jadi benar-benar bisa “let it go”, ikhlas dalam kadar lebih tinggi. Walau belum tentu keikhlasan saya sudah semurni para sufi. Tetapi insya ALLAH ini akan menjadikan tahun 2016 sebagai tahun paripurna saya. aamiin.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s