Setiap kali ada kesenangan yang sifatnya berlebihan, kemudian berubah menjadi euforia. Ini biasanya karena luapan emosi disebabkan kondisi atau situasi terutama yang berkaitan dengan orang banyak. Contoh paling nyata adalah apabila kita menghadiri suatu konser musik. Di sana, hampir semua penonton tentu berada dalam kondisi senang dan riang. Maka, terciptalah euforia akibat kita merasa sebagai bagian dari massa yang sedang riuh-rendah itu.
Dalam hal ini, saya pun sudah tahu bahwa euforia itu bak kembang api. Terlihat indah dan menyenangkan, tetapi cuma sesaat. Begitu padam, tak ada jejaknya lagi. Sisanya tak ada yang terasakan dan jelas mustahil disimpan, selain sebagai kenangan atau ingatan belaka. Kalau pun itu peristiwa bersejarah seperti runtuhnya tembok Berlin atau mundurnya Soeharto, hanya fakta sejarahnya yang dicatat. Euforia massa-nya tak lagi bisa diulang.
Karena itulah, saya sendiri siap apabila kesenangan yang saya rasakan saat bergabung ke komunitas baru seperti saya tuliskan beberapa kali akan hilang. Apalagi, saya merasakan bahwa sebenarnya dunia itu bukan asli dunia saya. Tentu, dunia dalam pengertian “dunia kecil”-nya atau Lebenswelt-nya Wittgenstein.
Tetapi saya juga “open mind” apabila dunia baru itu ternyata memberikan imbal-balik yang bagus buat saya. Tidak melulu berupa material atau uang, tetapi juga bisa berupa kepuasan batin atau hubungan sosial. Cuma itu ukuran saya bertahan. Apabila saya tidak mendapatkan manfaat, tentu tak ada sanksi apa pun apabila saya meninggalkannya.
Itu sama saja dengan mencoba aktivitas baru. Sampai saat ini, saya masih belum pernah mencoba banyak aktivitas luar ruang. Termasuk diving, snorkeling, paralayang, bungee jumping, duh, banyak sekali. Aktivitas itu memang hanya sekali-dua kali saja bila dalam taraf mencoba. Tetapi bila merasa cocok, tentu akan ketagihan. Sama saja dengan hobby.
Dan saya selalu ingat, sebenarnya tak hanya euforia senang yang sesaat, tetapi juga sebaliknya. Kesedihan dan segala kondisi tak nyaman yang saya rasakan, akan segera berlalu. Maka, saya kini selalu siap untuk meninggalkan apa pun itu apabila saya merasa tidak cocok lagi dengannya.