Artikel ini saya tulis sebagai uneg-uneg setelah beberapa kali ada teman yang hendak menipu saya. Menipu dalam arti harfiah, seperti penipu yang penjahat dan kriminal itu! Artikel lain yang lebih teknis dan umum saya persiapkan untuk diposting di Kompasiana nantinya.
Ceritanya, saya sedang membutuhkan jasa pembuatan situs atau website. Dalam konteks ini, saya ingin dikerjakan oleh yang kenal lebih dulu. Seorang teman menolak membantu dengan alasan budget saya tidak masuk. It’s okay.
Maka saya pun lantas mencari A, seorang teman yang mengaku bisa membuat situs dan bahkan pernah menawarkannya via WA. Nah, ini yang lucu. Dia memberikan sederet daftar situs yang katanya dibuat oleh “tim”-nya. Saat saya tanyakan apakah “tim”-nya punya situs induk yang berfungsi sebagai semacam “toko online”, ia menjawab tidak ada. Okelah. Karena saya tahu ada beberapa orang TI (Teknologi Informasi) yang semacam itu. Saya pun lantas meminta portfolio-nya. Tetap saja tidak ada. Dia membual bahwa kalau orang TI, di salah satu situsnya itu sangat canggih termasuk dalam soal SEO-nya. Saya pun bilang akan mengeceknya karena jelek-jelek saya juga “orang TI”.
Setelah saya cek, ternyata hampir semua situs yang diklaimnya itu masih dalam format setengah jadi. Cuma ada template dengan isi yang terlihat copy-paste. Bahkan hampir semua situs menggunakan content yang sama. Hanya ada satu situs yang terlihat “normal”, tetapi saya tidak melihat jejak “tim”-nya itu di source code. Artinya? Klaimnya omong-kosong!
Kasus ini mirip dengan seorang teman lain hampir setahun lalu, sebut saja B. Ini malah lebih canggih. Ia mengaku punya perusahaan TI. Memang, semua dokumen hukumnya terlihat meyakinkan. Tetapi saat saya tanya hal sederhana, di manakah kantor fisiknya, ia tidak bisa menjawab. Karena, memang tidak ada. Aneh bukan? Perusahaan TI apalagi dengan modal milyaran mustinya punya kantor fisik bukan? Okelah. Saya coba maklumi karena katanya ia memakai konsep officeless alias tanpa kantor. Saya beri kesempatan lagi. Saya minta dipertemukan dengan 1 orang saja ahli TI-nya dari sekian banyak orang yang diklaimnya ada dalam company profile. Ditunggu hingga 3 bulan, permintaan sederhana ini pun tak bisa dipenuhinya!
Seorang teman lain, sebut saja C juga bergerak di bidang yang serupa. Saat bertemu beberapa bulan sebelumnya, saya ajak ia berbisnis bersama. Tetapi beberapa bulan saya tunggu company profile-nya tak kunjung dikirim dengan berbagai dalih. Malah, saat bertemu itu ia sempat mengajak saya investasi di sebuah arisan berantai dengan kedok koperasi. Halah!
Ketiga teman itu berupaya menipu karena konteksnya jelas terkait uang. Untunglah saya masih waspada dan karena cukup tahu dunia TI, tidak tertipu memberinya uang dalam bentuk order pekerjaan. Maka, meskipun kepada teman, mewaspadai kredibilitas dan integritas tetap penting. Hati-hati!