Semua Akan Indah Pada Waktunya

FB FanPage BMH-Hitch

Kutipan terkenal ini juga berasal dari Bible, tepatnya dari Pengkotbah 3:11 berikut:

Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir.

Terkait dengan hal itu, saya teringat kutipan dari film Hitch (2005) yang merupakan salah satu film favorit saya. Di film itu, Alex Hitchens sang “Doktor Date” (“Doktor Kencan”) mengucapkan satu kalimat yang “mak jleb” banget. Saya kutipkan sebagai berikut:

Life is not the amount of breaths you take. It’s the moments that take your breath away.

Hidup bukan sekedar banyaknya nafas yang kau hirup. Karena hidup itu adalah kumpulan momentum yang membuat engkau menahan nafas.

Terjemahan bahasa Indonesia harfiahnya memang agak kurang ‘kena’ dan sulit dimengerti. Maka, baiklah saya bahas lebih lanjut di sini.

Kita semua tahu, selain detak jantung dan pikiran di otak, penanda seseorang masih hidup adalah nafas. Bila nafas sudah terhenti, berarti paru-paru berhenti memompa oksigen yang dibutuhkan ke seluruh tubuh kita. Tak lama kemudian, jantung akan berhenti pula bekerja. Jarak antara nafas terhenti dengan jantung berdetak sekitar 5 sampai 15 menit. Setelah kedua organ ini berhenti bekerja, 7 menit kemudian, otak pun berhenti bekerja. Jadi, dari segi urutan kematian adalah: paru-paru, jantung dan terakhir otak.

Mengerikan? Mungkin. Bagi yang menganggap kematian itu menakutkan.

Tapi di sini kita tidak hendak membahas kematian. Saya justru hendak membahas kehidupan.

Betapa banyak dari kita yang sudah mati sebelum mati? Ia berhenti hidup, stagnan di satu episode hidupnya. Tidak bergerak maju. Berhenti.

Saya juga pernah begitu. Malah sering. Apalagi saya orang yang bertipe retrospektif. Bila itu terjadi, pasti saya berhenti dari segala langkah hidup yang sedang saya kerjakan. Mengutip John Gray, Ph.D. dalam bukunya Men Are From Mars, Women Are From Venus (1993), saya lantas masuk ke “gua” saya. Dan itu celakanya bisa memakan waktu bertahun-tahun!

Tetapi syukur pada Tuhan, saya selalu keluar lagi dari “gua” itu. Dan makin ke sini, makin cepat waktunya, bisa cuma beberapa jam saja. Sementara, saya melihat banyak sekali orang yang “berkemah” di dalam “gua” dan tidak pernah keluar lagi, seumur hidupnya!. Mereka inilah tipe kepribadian “camper”. Dan meski menyedihkan, mereka yang sebangun dengan “Steadiness” dalam tipe DISC dan “Phlegmatic” menurut tipe kepribadian Hippocrates, justru mayoritas di seluruh dunia ini. Prosentasenya bila ada pengukuran statistik bisa jadi 80 %, yang jelas lebih dari 70 %.

Padahal, hidup itu begitu luas, begitu indah, begitu asyik.

Dan saya sendiri baru saja merasakan hal itu akhir-akhir ini. Setelah berhasil “menyelesaikan misi” (“Mission Accomplished“) saya sendiri sebagaimana pernah saya tuliskan pada hari Minggu, 6 September 2015 lalu. Misi yang harus diselesaikan itu adalah memutus hubungan dengan masa lalu, berdamai dengan diri sendiri dan maju terus ke masa depan yang lebih baik. Meraih harapan semata dari Tuhan.

Saya belajar assertif, mengemukakan perasaan saya tanpa menyinggung orang lain. Dan memilih menahan diri memberikan koreksi pada orang lain meski saya tahu saya benar. Plus, meninggalkan apa pun dan siapa pun yang berpotensi menghambat langkah saya. Fokusnya adalah kebahagiaan diri saya sendiri (baca lagi tulisan saya: “Cintai Dirimu Sendiri Dahulu”). Bukan lagi menyenangkan, memuaskan apalagi melayani orang lain.

Nah, konteks “menahan nafas” yang diutarakan Hitch adalah saat-saat menyenangkan dalam hidup. Saya agak kuatir menggunakan kata “bahagia”. Karena “bahagia” bukanlah senang yang sesaat, bukan sekedar kaya, dan tidaklah sederhana. (Baca lagi tulisan saya “Bahagia Itu Sederhana?”)

Saat-saat menyenangkan yang membuat kita sempat menahan nafas mulai dari yang bersifat pribadi seperti menunggu pengumuman nilai kelulusan sekolah, diterima bekerja untuk pertama kali, “ditembak” atau dilamar kekasih, kelahiran anak, mendapatkan promosi jabatan, atau keberhasilan memenangi tender proyek bagi pebisnis. Tetapi juga ada yang bersifat komunal seperti kemenangan tim sepakbola kesayangan, kemenangan calon presiden pilihan, dan sebagainya.

Maka, dalam hidup, perbanyaklah “momentum menahan nafas” itu. Mungkin kalau bagi orang Jawa, lebih tepat kalau disebut “deg-degan” atau “berdebar-debar”. Kita tahu kita akan senang, tapi menunggu beberapa saat sebelum kesenangan itu benar-benar datang.

Bagi saya, sangat baik mengingat firman ALLAH SWT dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 216, yang menurut saya senada dengan kutipan Bible di awal tulisan:

و عسى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وهُوَ خَيْرٌ لكَمْ وَعَسى أَنْ تُحِبُّوْا شَيْئا وهو شرٌّ لكم واللهُ يعلمُ وأَنْتُمْ لا تَعْلمُوْنَ

“Bisa jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan bisa jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”

Artinya, sekedar senang atau menyenangi sesuatu saja tidak cukup. Karena bisa jadi segala derita, rasa tidak enak, hingga segala bentuk ujian hidup yang kita benci itu justru baik bagi kita. Dan pada akhirnya, pada ujung perjalanan, barulah kita tahu maknanya. Bahwa semua akan indah pada waktunya.

Insya ALLAH ana lahikum.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s