Cheerleader

cheerleader-nation

Saya sedang menyenangi lagu yang pertama kali dipopulerkan oleh OMI, dengan judul seperti judul artikel ini: Cheerleader. Kita semua tahu, apakah cheerleader atau pemandu sorak itu. Mereka adalah sekumpulan gadis yang melakukan tarian dan nyanyian di pinggir lapangan untuk menyemangati para pemain di lapangan. Lazim terlihat di pertandingan bola basket, sepakbola Amerika, dan rugby. Karena fungsinya sebagai “penyemangat” itulah, cheerleader bisa dipandang pula sebagai “motivator”. Karena itu syair lagu itu di awal juga menyebutkan, “When I need motivation, my one solution is my queen….”

Adanya seseorang yang kita cintai di samping kita memang bisa berfungsi sebagai penyemangat. Ia akan mampu mengerti kondisi kita sebenarnya. Apalagi dunia luar tidaklah seindah impian. Konflik bisa terjadi dengan teman kerja atau atasan karena politik kantor, dengan pemasok atau malah pelanggan, bahkan bisa saja di jalanan. Dan ‘penyejuk’ untuk semua itu memang pasangan kita. Atau, lebih luas lagi, keluarga. Karena seharusnya keluarga merupakan oase yang mampu menerima kita apa adanya. Bila dunia luar menuntut kita berbagai hal, keluarga idealnya sebaliknya: tidak menuntut apa-apa.

Walau kenyataan jelas bisa berbeda dengan ideal yang utopis, tetapi satu hal pasti: setiap orang butuh minimal 1 orang sebagai cheerleader dalam hidupnya. Bagi pria, tentu wanita, demikian pula sebaliknya. (Saya tidak meng-endorse perilaku homoseksual, walau menghormati mereka). Sebagai pasangan hidup, sebaiknya juga sebagai sahabat. Artinya, dialah seharusnya yang paling tahu soal kita. Dari mulai masa kecil kita, kegemaran kita hingga ketakutan kita. Dengan demikian, ia bisa memberikan dukungan secara tulus kepada kita.

Contoh terberat adalah apabila kita tersangkut perkara kriminal. Baik itu memang karena kesalahan kita sendiri ataupun dijebak, seharusnya pasangan kita tetap bersama kita. Tetapi nyatanya, banyak yang “mau enak sendiri”. Seperti istri dari Jordan Belfort dalam film The Wolf of Wall Street (2013) yang meninggalkan suaminya justru saat sedang dirundung masalah. Kondisi itu tentu saja seperti kata pepatah “sudah jatuh tertimpa tangga”.

Bahkan, meski dengan kondisi ekonomi se-tuajir Jordan Belfort saja, sang istri masih bisa tidak berterima kasih. Ia yang sempat menikmati kenikmatan hidup malah lari saat sang suami tersandung masalah. Tentu itu jahat sekali. Entah apa namanya bagi pasangan yang selingkuh dan menyebabkan kehancuran bagi pasangan yang dikhianatinya.

Ya sudah, daripada pusing-pusing, yuk kita nikmati “pemandangan indah” dari cover version lagu-nya OMI itu…. 😉

 

 

Foto ilustrasi: www.desktopexchange.net

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s