Musibah demi Musibah

Members of the Saudi emergency services line up the bodies of some of those killed in a stampede in the Mina neighborhood of Mecca, Saudi Arabia, 23 September 2015. According to Saudi officials the latest death toll from the stampede which ocurred as pilgrims observed one of the stages of Hajj has exceeded 700 with well over 800 estimated to have been wounded, even as a Saudi official has said the number of deaths may still increase.  EPA/STR - epa04947085

Members of the Saudi emergency services line up the bodies of some of those killed in a stampede in the Mina neighborhood of Mecca, Saudi Arabia, 23 September 2015. According to Saudi officials the latest death toll from the stampede which ocurred as pilgrims observed one of the stages of Hajj has exceeded 700 with well over 800 estimated to have been wounded, even as a Saudi official has said the number of deaths may still increase. EPA/STR – epa04947085

Kita semua dikejutkan dengan adanya tiga kali musibah dalam pelaksanaan ibadah haji tahun ini. Pertama adalah jatuhnya crane di Masjidil Haram pada hari Jum’at (11/9). Kedua adalah kebakaran pemondokan haji Hotel Sakkab Al Barakah, Aziziah, di Mekkah yang ditempati jamaah Indonesia pada hari Kamis (17/9). Dan terakhir baru saja terjadi pada saat pelaksanaan rukun haji yaitu melempar jumrah di Mina pada Kamis (24/9) kemarin. Semua itu menambah cobaan pada musim haji tahun ini karena di jazirah Arabia sedang musim panas yang disertai badai pasir. Suhu udara yang mencapai 50 derajat Celcius tentu berat bagi banyak orang.

Saya tidak ingin masuk ke wilayah yang bukan kompetensi dan tanggung-jawab saya. Di sini, pertama-tama saya hendak mengucapkan “Innalillahi wa inna ilaihi raji’uun”. Semoga ALLAH SWt mengampuni dosa para jama’ah haji yang wafat dan memasukkan mereka dalam golongan syuhada yang wafat syahid. aamiin.

Dari semua kejadian itu, saya menitikkan air mata deras pada kejadian terakhir tentu saja. Terlepas dari apa pun penyebabnya, saya melihatnya dari sisi lain. Saya iri.

Pertama-tama, saya ingin sekali bisa naik haji. Satu hal yang sulit di Indonesia karena selain biayanya mahal, sekarang sudah sulit saat mendaftar karena harus antri beberapa tahun. Padahal, kuota haji bagi Indonesia paling tinggi di dunia.

Kedua, saya ingin mati syahid. Itu adalah impian dan cita-cita semua muttaqin. Entah bagaimana saya bisa mencapainya. Karena dalam hidup, saya begitu penuh dosa dan kesalahan. Dan entah mengapa, syahid seolah jadi “jalan pintas” sebagai penghapus semuanya. Khusnul khotimah yang sebenar-benarnya.

Sesungguhnya, saya meyakini kebenaran agama Islam justru setelah mengkaji agama lain. Ibadah haji ini adalah salah satu keajaiban yang diberikan Tuhan kepada umat Muslim. Begitu luar biasa pelaksanaannya, membuat siapa pun yang tidak buta mata hatinya pasti takjub. Ibadah haji adalah ibadah paling besar bagi umat manusia di planet ini. Bayangkan saja, lebih dari 2 juta manusia berada di satu tempat yang sama pada waktu yang sama, semata untuk menyembah Tuhan!

Meski ada kekurangan sebagai manusia, tetapi pemerintah Arab Saudi telah bekerja keras dalam melayani para jama’ah. Dan  kita semua pasti mafhum, mengatur hal seperti itu tentu bukan mudah. Apalagi jamaah haji berasal dari berbagai bangsa yang tidak sama bahasanya. Sehingga kerapkali pengaturan makin sulit karena mereka tidak semua fasih berbahasa Arab.

Tidak usah menghubung-hubungkan dengan hal mistik yang klenik. Karena itu jelas takhayul yang berarti dosa syirik. Seperti ada yang mengatakan jatuhnya crane justru karena kedatangan Jokowi ke Tanah Suci. Atau ada yang mengatakan musibah terjadi karena pemerintah Arab Saudi melakukan pembangunan besar-besaran di area Masjidil Haram dengan menggusur sejumlah situs sejarah penting Islam. Apabila memang itu dosa, biarlah ditanggung oleh sang raja. Kita yang kawula tak perlu pusing dan risau, apalagi sampai menghujat.

Maka, saya cuma menghimbau bagi umat Islam satu hal saja: perbanyak dan tingkatkan kualitas ibadah kita. Tak perlu komentar atau menulis status di media sosial soal ini. Cukup menyatakan bela sungkawa, mengucapkan “inna lillahi wa inna ilaihi raji’uun” dan mendo’akan para korban. Itu saja.

 

One response to “Musibah demi Musibah

  1. innalillahi wainna ilaihi raajiun…. qodarullah, semoga tahun depan bisa lebih diantisipasi lagi untuk pelayanan yg lebih baik

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s