Sehari menjelang Idul Adha, saya ingin mengingat pencapaian kecil saya. Sebagaimana saya pernah tuliskan dahulu (dalam dua tulisan, “Tonggak Pencapaian atau Milestone” dan “Menghargai Prestasi Diri Sendiri”), saya ingin menghargai setiap pencapaian saya dalam hidup. Walau rasanya, justru ada beberapa hal yang ingin saya rahasiakan dari publik. Misalnya saja, dalam urusan hubungan romantis percintaan, Anda tidak akan pernah tahu siapa saja wanita yang pernah mendampingi saya. Paling-paling yang statusnya sebagai tunangan atau istri saja. Tapi kalau pacar apalagi sekedar TTM? Hehe. Jangan harap. Karena di antara mereka ada beberapa yang figur publik. Jadi, saya harus jaga kehormatan para wanita hebat itu. Saya hanya merasa beruntung pernah kenal dan bersama mereka, walau ternyata tak bisa selamanya. Bagi pria, itu juga pencapaian lho. 😉
Hari ini, saya mendapatkan “hadiah” dari dua social media account saya, yaitu Twitter dan Instagram. Di kedua account bernama sama @BhayuMH itu, hari ini mencapai angka yang diawali 7. Followers Twitter saya 7.000, sementara Instagram yang baru sebulan mencapai 700. Lumayan buat rakyat biasa seperti saya. Seperti Anda lihat, bahkan Twitter sendiri memberikan ucapan selamat atas “milestone” tersebut.
Tetapi Anda harus tahu, bahwa mencapai angka itu tidak mudah. Saya yang bukan figur publik harus menggunakan sejumlah metode agar orang lain mau mengikuti account saya. Tentu akan lebih mudah kalau saya adalah “orang terkenal” seperti artis atau tokoh politik.
Satu hal yang harus dicatat, followers atau pengikut di media sosial bukanlah seperti pengikut tokoh politik di dunia nyata. Mereka semu. Perlu trik lain lagi untuk mengkonversikan mereka menjadi sesuatu yang nyata manfaatnya bagi pemilik account. Contohnya bila account kita adalah merek (brand), followers baru potential customer atau prospect belaka. Mereka tidak otomatis jadi pembeli apalagi pelanggan produk kita.
Dan satu yang terpenting, kalau Anda memang tak punya produk untuk dikomunikasikan kepada publik, tidak perlu followers banyak-banyak. Karena itu semata cuma “gagah-gagahan” belaka. Cukuplah Anda saling follow dengan teman, keluarga atau kerabat. Karena followers banyak juga berarti tanggung-jawab Anda makin besar. Saya saja tak bisa sembarangan menulis tweet atau mem-posting sesuatu. Karena siapa tahu di antara followers ada yang tidak suka, lantas kemudian mem-bully.
Nah, bully juga sebuah resiko yang harus dihadapi mereka yang memiliki followers banyak. Karena kita tidak dikenal oleh followers, bila ada sesuatu yang sifatnya kontroversial, bisa jadi akan muncul mereka yang tidak setuju. Kalau terus-menerus, mereka akan jadi hatters.
Tetapi saya belajar dari acara Dahsyat di RCTI beberapa waktu lalu, yang menghadirkan Luna Maya dan seorang hatters-nya. Entah itu asli atau cuma ‘settingan’, saya belajar dari sikap Luna Maya yang santai. Seperti saya tuliskan di artikel berjudul “Kasihilah Musuhmu” pada hari Minggu (20/9) lalu, justru mereka yang memposisikan diri sebagai “musuh” kita mampu memberikan informasi berharga. Dan itu berarti, posisi kita sudah lebih tinggi daripada mereka. Sederhana saja, kalau ia ingin menjatuhkan kita, berarti kita sudah duduk di satu tempat yang mereka sebenarnya inginkan jauh di lubuk hatinya, tapi tak tercapai. Sehingga, keinginan tak tercapai itu lantas jadi obsesi. Dari obsesi, lantas berubah jadi dendam.
So, jadilah diri sendiri. Berusahalah memberi manfaat bagi orang banyak. Karena makin dikenal kita, makin berat amanat yang harus kita jaga. Semoga Tuhan memberikan saya kekuatan untuk itu. aamiin.