Ketika kita beranjak dewasa, kita seringkali dibingungkan dengan pilihan-pilihan hidup yang ada. Dan pilihan itu kerapkali menentukan jalan hidup kita. Bagaimana kita mencari nafkah misalnya, merupakan satu pilihan faktual yang akan membawa kita pada dua ujung: terang atau gelap. Gampangnya, jalan halal atau haram. Kebaikan atau kejahatan.
Meski terlihat mudah, memilihnya tidak sejelas warna putih-hitam. Karena dalam hidup, ada banyak gradasi spektrum warna. Apa yang terlihat baik, belum tentu sebaik itu.
Sebagai contoh nyata, dunia bisnis menghentak kesadaran saya pada nilai. Ternyata, di Indonesia, hampir selalu untuk mendapatkan proyek dari pemerintah kita harus “pandai bermain”. Karena saya tidak “pandai bermain”, dan memang tak mau bermain, maka saya tak pernah mendapatkan proyek dari pemerintah. So, insya ALLAH saya aman dari sangkaan korupsi. Dari situ, saya membangun logika deduktif, bahwa hampir semua pengusaha yang sukses dengan proyek pemerintah, ya harus
“pandai bermain”. Bila tak pandai, resikonya dua: tidak dapat proyek atau terjebak jadi tersangka korupsi.
Penjara, merupakan sebuah momok menakutkan bagi setiap orang. Apalagi kondisi penjara kita begitu menyedihkan. Penuh sesak melebihi kapasitas dengan anggaran operasional minim. Penghuni penjara cuma dapat jatah makan kurang dari Rp 3.000,- sekali makan. Padahal, di warteg saja sudah lebih daripada itu.
Di film Harry Potter (3): Harry Potter and the Prisoner of Azkaban (2004), dikisahkan seorang yang dianggap penjahat sedang diburu. Ia kemudian berhasil ditangkap dan dijebloskan ke penjara Azkaban. Penjara ini saudara-saudara, jauh lebih ketat dan mengerikan daripada bekas penjara paling ketat yang pernah dioperasikan manusia: Alcatraz. Selain lokasinya yang jauh terpencil dari dunia muggle dan wizard, penjaganya adalah Dementor. Dia adalah makhluk yang jelas tak bisa disuap. Bisa terbang cepat dan yang mengerikan mampu menyerap energi hidup dari tiap manusia. Dan bila ada yang mencoba kabur, Dementor akan menyedot jiwanya keluar melalui mulut hingga mayatnya kering kerontang namun tidak hangus.
Celakanya, seringkali mereka yang dijebloskan ke sana bukan atas dasar pengadilan, tetapi tuduhan dari Kementerian Sihir yang belum tentu benar. Dan salah satu korbannya adalah Sirius Black. Dia merupakan anggota Order of the Phoenix dan ternyata merupakan ayah angkat Harry Potter.
Setelah dia yang mampu merubah wujud jadi serigala atau disebut werewolf itu lolos, ia menemui Harry Potter dan memberi nasehat yang saya kutip di atas:
“Setiap orang memiliki baik sisi terang maupun gelap di dalam dirinya. Apa yang menentukan adalah sisi mana yang kita pilih untuk bertindak atas namanya. Itulah siapa kita sebenarnya.”
Dari situ, kita bisa mengerti bahwa sebenarnya menjadi baik atau menjadi jahat adalah juga pilihan. Bukan semata karena keterpaksaan. Karena banyak kok orang yang lahir dari keluarga atau orangtua penjahat lantas jadi bertobat. Satu contoh di dunai nyata adalah Anton Medan, bekas preman yang sudah lama berubah jadi pendakwah.
Demikian juga menjadi miskin atau kaya itu pilihan. Karena status itu menuntut sesuatu untuk dikerjakan. Bila ingin kaya, tentu harus dengan perjuangan. Bahkan, bila Anda terlahir dari orangtua kaya sekali pun, tentu harus pandai mengelola harta yang ada dan mengembangkannya.
Jadi, Anda pilih yang mana?