Saya terkejut mengetahui Selena Gomez, mantan kekasih penyanyi remaja fenomenal yang ngetop dari Youtube yaitu Justin Bieber, memiliki tattoo bertuliskan aksara Arab di punggungnya. Saya sempat ragu itu adalah editan Photoshop belaka. Tetapi dari sekian foto yang saya unduh, membaca di situs luar negeri, dan akhirnya saya melihatnya di video clip-nya “Good For You”, saya yakin itu asli. Karena di video clip jelas lebih sulit dan hampir mustahil diedit bukan? Apalagi itu jelas official channel dari label pemegang hak lagunya.
Apa sih bunyi aksara Arab itu?
Karena tulisan di tattoo Selena Gomez tanpa tanda baca (harakaat) atau diakritik, maka ia bisa dibaca:
“ahib nafsak awwala” atau lebih jelas lagi “ahibba nafsaka awwalan”. Keduanya artinya sama, yaitu “cintai dirimu sendiri dahulu”.
Ini agak sufistik, dan mungkin sulit dimengerti oleh penganut agama awam. Walau tertera di punggung seorang “hedonis” dan mungkin saja dianggap “kafir” oleh mereka yang “rumongso bener dewe”, golongan “Muslim kemarin sore” yang hobby jadi “panasbung”. Tetapi mari kita singkirkan Selena Gomez-nya dan masuk ke pengertian tulisannya saja.
Di dalam kajian sufisme, kita tidak bisa mengenal Tuhan tanpa mengenal diri sendiri. Saya larikan ke manajemen. Dikenal istilah SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat). Biasanya ini dipakai perusahaan untuk “mengenali dirinya” sebelum meluncurkan suatu produk atau brand baru. Ini adalah cara paling sederhana untuk mengetahui internal diri kita dan positioning dalam konteks interaksi dengan eksternal.
Mencintai diri sendiri berarti gabungan dari qona’ah (cukup dengan yang ada) dan istiqomah (berserah diri). Dalam konteks ini, kita harus “nrimo ing pandum” (menerima takdir Tuhan) begitu rupa. Tetapi bukan berarti tidak bergerak maju berikhtiar. Kita harus menerima kelemahan diri kita yang sudah lahiriah, misalnya kita lahir sebagai manusia berkulit berwarna. Tidak perlu kita lantas operasi plastik seperti Michael Jackson untuk menjadi putih. Tetapi kalau kita misalnya sewaktu kecil kurang mampu atau kesulitan membaca seperti disleksia, tentu masih bisa diperbaiki. Einstein dan Edison adalah dua penemu akbar yang masa kecilnya disleksia.
Mencintai diri sendiri termasuk juga menerima sejarah hidup kita sendiri. Bila kita misalnya gagal menyelesaikan kuliah, ya sudah. That’s it. Tidak perlu terobsesi menyelesaikannya. Bila memang ada uang dan waktunya cukup, boleh saja kita lantas kuliah lagi di saat usia tua. Tapi bila masih produktif, tak perlu buang waktu “balik lagi mengulang sejarah”. Maju terus saja.
Mencintai diri sendiri berarti mampu melihat potensi diri terbaik. Bisa jadi tattoo itu dibuat Selena Gomez setelah putus dari Justin Bieber, sebagai bagian dari upayanya untuk “move on”. Dan ia menyadari, bahwa dirinya yang sebenarnya juga terkenal sebagai artis, bukanlah “bayangan” dari mantan kekasihnya. Terus-terang, selama dia jadi pacar Bieber, saya malah melihatnya “ngintil” terus setiap kali kekasihnya itu konser. Sehingga, namanya sebagai artis seolah tenggelam. Kini, dia malah jadi lebih hebat daripada sebelumnya. Karyanya sudah mampu lepas daripada citra remaja ababil.
Tanpa perlu menghujat, tanpa perlu jadi merasa benar sendiri, tanpa perlu merasa agama kita paling bagus, ada “sesuatu” yang bisa diambil dari tattoo Selena Gomez: mencintai diri sendiri terlebih dahulu itu jauh lebih penting daripada mencintai orang lain. Kita tak bisa jadi manusia paripurna tanpa jadi manusia yang mampu mencintai diri sendiri.
Foto : Bustle.com
Ping-balik: Semua Akan Indah Pada Waktunya | LifeSchool by Bhayu M.H.·