Pencitraan & Kemunafikan

munafik tikus

Apa sih pengertian pencitraan?

Seringkali, pencitraan dipersepsikan negatif sebagai suatu pemaparan bentuk kepalsuan. Padahal, pencitraan itu seharusnya membuat yang indah lebih indah, yang terang lebih berkilau, menjadi lebih mudah dilihat publik. Pencitraan dalam bahasa Inggris disebut branding, yang secara teoretis berarti metode mengkomunikasikan pesan secara jelas dari pemilik merek (brand) kepada sasaran calon konsumen dengan pemilihan penonjolan terhadap aspek tertentu.

Jadi, bila mencitrakan setangkai bunga misalnya, tak perlu seluruhnya dikomunikasikan kepada publik. Bisa dipilih warnanya saja, atau kelopaknya, atau bentuknya. Penonjolan aspek yang dipilih itu kemudian membuatnya tampil seolah lebih baik daripada aslinya.

Setiap manusia sebenarnya punya “brand” sendiri, namanya “personal branding”. Seringkali hal itu muncul dan disadari saat ada orang lain memberikan cap atau “labeling” kepada yang bersangkutan. Contoh “si Amin pedagang minyak samin”, “si Badu gacoan gundu”, “si Cuplis jago menulis”, “si Dudung yang suka kesandung” atau “si Embong rambut gondrong”. Cap itu bisa berupa pekerjaan atau cara mencari uang, atau dari kebiasaaan yang bersangkutan, atau malah dari ciri fisik yang menonjol.

Nah, jadi munafik bila kemudian citra itu ternyata palsu atau tak benar. Contohnya bila ada seorang yang mendaku dirinya shaleh atau ahli agama, padahal kenyataan yang tersembunyi justru sebaliknya.

Di dunia nyata, sayangnya, banyak sekali orang semacam ini. Dan saya pribadi menemui dan berinteraksi beberapa kali dengan mereka.

Misalnya ada yang mencitrakan dirinya sangat bahagia bersama keluarga. Padahal, saat bicara berdua saja dengan saya, ia mengeluhkan kondisi rumah tangganya yang menurutnya “hancur-hancuran”, bahkan ia mengaku “tak kuat lagi”. Tapi, di media sosial, ia malah seperti memamerkan kemesraan dengan keluarganya. Itulah contoh pencitraan diri palsu yang merupakan pengejawantahan kemunafikan.

Padahal, jelas sekali, dalam Islam, munafik ancamannya neraka karena termasuk dosa besar. Bahkan Rasulullah SAW sendiri diingatkan bahayanya orang munafik yang lebih bahaya daripada orang kafir. Itu karena mereka bertindak seolah teman di depan kita, tetapi jadi lawan begitu membelakangi kita. Dan termasuk orang munafik pula mereka yang melakukan pencitraan diri palsu atau berlebihan, melebihi kenyataan aslinya. Naudzubillah min dzalik!

One response to “Pencitraan & Kemunafikan

  1. Ping-balik: Bahagia Itu Sederhana? | LifeSchool by Bhayu M.H.·

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s