Pilihan Hidup

FB FanPage BMH-Surga Yang Tak Dirindukan

Hidup sebenarnya merupakan kumpulan dari pilihan. Tiap hari, setiap manusia membuat pilihan. Mulai dari hal sederhana seperti mau bangun jam berapa, mau makan apa dan di mana, hingga yang rumit seperti membeli saham atau membuat keputusan dalam perusahaan. Dalam hal ini, kita seringkali menganggap remeh kemampuan kita memilih dalam hidup. Di samping itu, kita justru lebih sering lagi tidak mau memahami pilihan hidup orang lain.

Dalam film Surga Yang Tak Dirindukan (2015) yang tayang sejak 15 Juli 2015 lalu dan masih tayang di bioskop saat ini, ada pilihan hidup yang dibuat oleh karakter Meirose (diperankan dengan apik oleh Raline Shah). Ia yang merasa risih mengganggu kehidupan bahagia keluarga suaminya Prasetya dan istri pertamanya Arini memilih pergi (ulasan film baca di resensi-film.com). Dan dengan kalimat itulah ia meyakinkan Prasetya dan Arini untuk membiarkannya pergi:

“Hidup adalah pilihan. Dan inilah pilihanku.”

Tak jarang, seseorang harus membuat pilihan sulit yang kerapkali tak bisa dipahami orang lain. Remaja yang minggat dari rumah, berganti profesi, pindah tempat kerja, bercerai, membubarkan perusahaan, pensiun dini, melahirkan anak di luar nikah, aborsi, atau bahkan bunuh diri. Bila Anda tidak terlibat dalam proses pengambilan keputusannya dan membantu menyelesaikan masalahnya, janganlah menghakimi. Berkomentar saja termasuk menghakimi. Dan itulah gejala yang tengah mewabah di masyarakat kita.

Bisa jadi dipicu oleh forum seperti kaskus yang memungkinkan siapa saja bersembunyi di balik anonimitas saat berkomentar, atau kalau mau ditelaah secara sosiologis bisa jadi karena iklim pengekangan berpendapat selama Orde Baru, masyarakat seperti mengalami euforia. Celakanya, itu tidak diiringi kemampuan intelektual dan tanggung-jawab pribadi. Komentar berhamburan bahkan dari mereka yang tidak terkait sama sekali. Lihatlah misalnya dalam kasus pembunuhan Engeline.

Betapa pun sederhananya, saat membuat pilihan, setiap manusia pasti sudah mempertimbangkan. Makin pintar orang tersebut, makin rumit pertimbangannya. Dan apabila sudah sampai pada keputusan, niscaya sudah final. Sama saja dalam tataran kenegaraan ada aneka jenis peraturan yang sejatinya merupakan legalisasi keputusan. Setiap keputusan manusia adalah hasil dari pilihan hidupnya.

Maka, betapa pun mungkin sulit dimengerti, apabila ada pilihan hidup yang diambil oleh orang-orang di sekitar Anda, apalagi itu adalah orang yang anda kasihi seperti keluarga atau sahabat, maka dukunglah. Karena yang bersangkutan sendiri yang akan menjalani konsekuensi dari pilihannya. Dan ia tidak butuh kecaman atau hujatan, karena bisa jadi pilihan itu sudah sangat sulit baginya. Kita tak pernah tahu, pilihan yang dihadapinya bisa saja semua buruk. Dan pilihan keputusan yang diambilnya bisa jadi adalah yang paling sedikit mudharat (keburukannya) daripada yang lain.

 

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s