PRT

Pembantu-Rumah-Tangga-2011

Apa arti 3 huruf tersebut bagi Anda? Ketika Anda menyadari bahwa tanpa 3 huruf itu, banyak rumah akan berantakan tak terurus, apalagi di saat Lebaran mereka pulang?

Ya. PRT adalah akronim dari Pembantu Rumah Tangga. Akhir-akhir ini, ada yang mencoba melakukan eufemisme menjadi ART alias Asisten Rumah Tangga. Tetapi saya agak tidak sependapat. Karena bagi saya, ART itu kelasnya seharusnya seperti Alfred Pennyworth, yang merupakan Kepala dari tim pengurus rumah besar alias mansion milik trilyuner Bruce Wayne.

Tapi sudahlah, itu tak penting diperdebatkan.

Saya baru tahu kalau ada “Hari PRT Internasional” dari account Twitter @LBH_Jakarta yang mencuitkannya hari ini. (Dan account lembaga bantuan hukum terkenal itu tidak menyebut ART lho. He!). Maka, saya pun tergerak untuk menuliskan artikel ini.

Selama ini, kita kerap kurang menghargai jasa PRT. Banyak orang atau rumah tangga yang memperlakukan mereka bak budak di abad pertengahan. Bahkan beberapa kali terungkap kasus perlakuan kepada mereka malah lebih rendah daripada anjing peliharaan.

Hal itu diakibatkan mindset yang membentuk stigma di kepala orang yang mempekerjakan PRT. Bahwa mereka adalah “pemilik” dari PRT, sehingga bisa memperlakukannya semaunya seperti barang saja. Padahal, PRT juga manusia, seperti halnya rocker (mengutip Candil “Serieus”. Hehe.)

Pola pikir keliru ini tidak hanya terjadi di negara kita saja. Tetapi juga di negara-negara lain yang tingkat perekonomiannya malah lebih maju. Kita sering mendengar nasib TKI Wanita kita yang disiksa majikannya di Arab Saudi dan Malaysia misalnya. Semua itu menunjukkan, bahwa derajat mereka dianggap lebih rendah daripada binatang.

Kita yang mengaku beradab seharusnya tahu bagaimana memperlakukan PRT secara layak dan manusiawi. Apalagi sekarang jarang PRT yang menginap lagi. Kebanyakan mereka lebih tertarik menjadi TKI di luar negeri. Karena itu, kini sulit mendapatkan PRT di kota-kota besar. Kalau pun misalnya mengambil dari yayasan penyalur, biayanya mahal dan gajinya tinggi. PRT dari yayasan kini bergaji tak kurang dari Rp 1,5 juta per bulan. Ini berarti melebihi pendapatan rata-rata normal seorang supir taksi, meski masih di bawah UMP (Upah Minimum Provinsi). Sementara Kemenaker pernah menyatakan gaji minimal PRT adalah Rp 1,2 juta per bulan.

Itu saja sudah berat bagi seorang majikan. Keluarga kelas menengah yang gaji “bread winner”-nya dua kali UMP saja, akan berat bila harus menyisihkan seperempatnya untuk PRT. Sayangnya, hal ini sulit diatasi karena memang “hukum pasar” berlaku. Karena kebutuhan (demand) lebih besar daripada pasokan (supply), wajar bila harga (price) melonjak.

Karena itu, di “Hari PRT Internasional” ini, marilah kita lebih menghargai PRT. Perlakukan mereka bak keluarga yang kita sayangi dan lindungi. Berikan haknya tanpa ditunda. Dan sadarilah jasanya bagi keluarga kita.

Sumber foto: tribunnews.com

2 responses to “PRT

  1. Aswrb.
    Semoga kabar baik selalu buat Mas Bhayu
    Saya sudah pulang kampung mas,dan masih selalu mampir di blog ini.Terima kasih untuk selalu berbagi inspirasi,ilmu dan pengalamannya.Semoga menjadi tambahan amal baik bagi mas Bhayu.

    Selamat menunaikan ibadah puasa,selamat menjelang Iedul fitri juga,maaf lahir bathin.

    Salam.
    A.Suherman di kampung

    • Wa alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Wah, luar biasa Kang Aang ini… Senang sekali sudah kembali ke tanah air tercinta. Tentu saya akan senang juga bila suatu saat bisa bertemu langsung. 🙂

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s