
Foto bersama peserta. Saya berada di tengah, berbaju biru berdiri tepat di belakang pembicara (pria berkacamata yang duduk).
Meskipun setiap bulan selalu menganggarkan dana untuk pembelian buku-buku baru sebagai sarana meningkatkan diri sebagai implementasi konsep “belajar seumur hidup”, saya tetap merasa perlu “re-charge ilmu” dengan cara lain. Apa cara itu? Mengikuti pelatihan dalam berbagai bentuknya. Itu bisa berupa training, workshop, seminar, lokakarya atau course.
Oleh karena itu, Sabtu (6/6) lalu saya mengikuti sebuah event yang diadakan oleh TDA Depok. Acaranya bertajuk “The Greatest Marketing Roadmap: 3 Langkah Mudah Membesarkan Bisnis”. Pembicaranya Laksita Utama Suhud, penulsi buku “10 Greatest Advertising Secrets”, Presiden Direktur Balai Kartini dan CEO Business Wizards Consulting.
Sebenarnya yang dibicarakannya bukan hal baru, dalam arti orisinal dan asli dari dirinya. Dia cuma meramu ulang berbagai teori dan konsep marketing yang sudah ada. Tetapi bagi kalangan TDA yang menjadi audiens-nya, rupanya hal itu saja sudah mencukupi.
Saya sendiri saat dibuka kesempatan bertanya mendapatkan giliran pertama dari cuma dua penanya yang diizinkan panitia. Saya mengkritisi pemakaian konsep “marketing mix” tak lengkap yang dipakainya. Tentu saja, Laksita punya dalih tersendiri. Dan itu sah-sah saja. Tidak ada masalah sepanjang argumentasinya dapat dipertanggungjawabkan.
Kesempatan semacam ini, memang seringkali menimbulkan banyak ide bagi saya. Karena saya mantan jurnalis dan memang senang belajar, saya terbiasa mencatat cepat. Dan catatan saya atas seminar itu berhalaman-halaman. Sementara peserta lain ya tergantung daya-tangkapnya. Terbukti, penanya kedua tidak bertanya soal materi, malah “curhat” dalam konteks konsultasi mengenai bisnis pribadinya.
Itulah yang saya sering dapati di berbagai forum seminar atau pelatihan. Penanya bukannya bertanya soal materi, tetapi malah studi kasus yang sangat partikular. Sehingga, peserta lain tidak bisa mendapatkan manfaat dari situ.
Tapi sabodo teuing lah. Bagi saya sendiri, jelas forum ilmiah semacam itu merupakan sebuah arena pembelajaran yang sangat berarti. Karena seperti halnya pisau, otak pun perlu diasah agar tak tumpul.