Baiklah saya ceritakan sepintas mengenai beberapa mantan-mantan saya. Terus-terang saya tidak ingat, berapa orang tepatnya yang pernah berhubungan dekat dengan saya. Karena sejak SD, saya punya banyak teman dekat wanita. Ya, saya punya teman dekat wanita sejak SD. Dan statusnya tidak selalu “saya nembak”, dan karena itu belum tentu pacar. Istilah satu dekade lalu, ia bisa TTM (Teman Tapi Mesra) tapi juga bisa HTS (Hubungan Tanpa Status).
Saya cuma ceritakan sepintas saja, agar Anda bisa menangkap benang merahnya. Teman Dekat Wanita –kita singkat TDW saja agar mudah- pertama saya adalah teman sebangku saya di SD. Saya adalah juara 1 di kelas, dia juara 2-nya. Dia menjadi TDW saya saat kelas 4 SD. Dan di SD, saya adalah juara umum di SD kami, bahkan pernah menjadi juara umum SD satu kabupaten.
Saat SD ini, saya punya kelompok belajar unik, dimana anggotanya 12 orang wanita semua! Dan saya sebagai satu-satunya lelaki justru jadi mentornya. Padahal, mereka teman selevel, artinya sama-sama kelas 6.
Di SMP dan SMA, TDW saya pun serupa, mereka selalu pintar. Kenapa? Karena saya pintar, bahkan IQ saya terkategori jenius. Maka, saya mencari orang yang ‘nyambung ngomongnya’.
TDW saya saat SMA kelas 2-3 di sekolah, kini menjadi dokter gigi dan saya ingat saat itu kami bisa mengobrol berjam-jam di warung pempek dekat sekolah. Apa yang diobrolkan? Ngalor-ngidul. Itulah pentingnya wawasan. Sehingga obrolan bisa enak, ‘nyambung’ ke mana-mana.
Di bangku kuliah, saya punya ciri khas tidak terlalu terlihat di depan publik saat punya TDW. Dua mantan teman SMA sempat jadi TDW saya. Mereka adalah pribadi hebat. Yang satu juara paralel di kelas sos (dari tiga kelas sosial di SMA saya, dia juara umumnya), satu lagi juara di kelas biologi.
Saya sendiri karena aktif berorganisasi sehingga malas belajar, malah sempat cuma ranking 45 dari 48 siswa. Keduanya lulus kuliah dengan IP bagus, yang kedua malah sempurna: 4.00 dan punya dua gelar S-1.
(Bersambung besok)
Catatan: Tulisan ini pertama kali diterbitkan dalam satu kesatuan sebagai note di FaceBook pada 17 Agustus 2014. Dengan memohon maaf terpaksa saya hapus dari sana karena pribadi kepada siapa saya tujukan tulisan ini telah meninggal dunia pada 29 Desember 2014. Akan terasa ‘sadis’ bila tetap saya cantumkan dengan ‘tag’ kepada account-nya. Di sini pun, nama beliau saya hapus demi menghindari “ghibbah”. Tetapi karena tulisan ini penting bagi saya, terutama sebagai penjelasan bagi “orang bodoh yang sok tahu”, maka sengaja dimuat kembali berdekatan dengan Valentine’s Day. 🙂
Ilustrasi: www.morethanatestscore.com
Ping-balik: Tentang Wanita | LifeSchool by Bhayu M.H.·