Betapa pun banyak masalah yang kita hadapi, betapa pun sulit hidup yang kita jalani, ada satu kenyataan pahit tentangnya: cuma ini hidup kita. Dan satu-satunya yang pasti dari hidup kita adalah cuma kematian. Apa yang terjadi di antaranya, kita tidak tahu. Memang, kita bisa merancang dan merencanakan, tetapi hasil akhirnya tidak bisa diprediksi secara tepat sesuai harapan.
Bahkan andaikatapun kedua belah pihak ingin, kita tidak bisa menukar hidup kita dengan hidup orang lain. Cuma ini yang kita punya. Sebutlah kita ingin menjadi adik atau kakak kita, tentu tidak bisa.
Kondisi ini membuat kita harus menerima apa adanya terhadap semua yang terjadi. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi besok, karena itu kita cuma bisa memaksimalkan sekarang. Semua merasa tahu itu, tetapi faktanya justru hampir semua tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan.
Hidup yang katanya singkat ini justru sering dipakai untuk hal-hal tidak penting. Menonton televisi berjam-jam, tidur berlama-lama, dan aneka kegiatan tak perlu lain. Tentu saja, bukannya kita tidak bisa bersantai. Justru rekreasi itu harus. Tetapi bukan lantas bermalas-malasan.
Dan saat lantas hidup “menghukum” kita dengan rendahnya “posisi dalam hidup” yang kita miliki, kita malah memprotesnya. Padahal, kita sendiri yang salah.
Itulah yang saya rasakan akhir-akhir ini. Hidup yang cuma ini tetapi ingin ditukar dengan yang lain. Padahal, cuma ini hidup kita.
Ilustrasi: daikhotv.com