Kebaikan Tak Selalu Berbuah Kebaikan

good-vs-evil-warrior-version-317458

‘Ini adalah paradoks ironis yang berlainan sekali dengan ajaran kebaikan dan moralitas yang ada di semua agama. Kita semua dianjurkan melakukan kebaikan dalam hidup. Tetapi, kerapkali orang atau pihak yang kita beri kebaikan malah membalasnya dengan keburukan atau kejahatan. Ini bak pepatah dalam bahasa Indonesia “air susu dibalas air tuba”.

Contoh sederhana adalah sebuah anjuran agar “tersenyum lebih dulu apabila ingin disenyumi”. Juga ada anjuran agar “perlakukan orang lain seperti kita ingin diperlakukan”. Cobalah praktekkan di tempat umum seperti pasar atau mall. Apakah selalu berbuah seperti itu? Tidak.

Tapi apakah lantas kita berhenti berbuat kebaikan? Tidak.

Ini seperti pertarungan kebaikan melawan kejahatan yang tak pernah berakhir. Justru di situlah tantangannya. Kita harus terus berupaya berbuat baik, percaya bahwa kebaikan dan kebajikan bagaimana pun sulitnya, pasti akan menang.

Bila diilustrasikan seperti gambar di atas, kejahatan selalu kuat dan perkasa. Lebih dari itu, mengerikan. Bagus kalau kita juga kuat seperti ksatria berbaju zirah putih dengan menyandang pedang.

Tetapi dalam hidup, seringkali tidak begitu. Kita justru lebih sering tidak bisa menghadapi langsung kejahatan dengan kekerasan. Kesabaran dan kelembutan ternyata lebih sering diperlukan. Di sinilah kemampuan pengendalian diri kita diuji.

Tahun ini, saya kehilangan lagi dalam jumlah tak ternilai. Justru hak saya dirampas oleh orang yang secara “posisi hidup” jauh di bawah saya. Secara fisik, saya pun mampu ‘menghancurkannya’. Faktanya, secara hukum saya sudah bersiap menuntutnya untuk mengganti kerugian yang saya derita. Tetapi Tuhan berkata lain. Ada satu cara yang dipakai-Nya untuk mengajarkan “keikhlasan”. Walau terus-terang dan jujur, setiap kali ingat kejadian itu, saya masih berdo’a memohon Tuhan membalaskan dendam dan rasa sakit saya.

Padahal, saya berbuat kebaikan banyak kepadanya. Ibaratnya, saya sudah memberi 10 dan dia baru memberi 1. Tetapi dia sudah mengambil paksa 10 lagi. Kalau diibaratkan barang, saya sudah rugi 19 buah. Karena faktanya saya memberi 20 dan dia baru memberi 1.

Sayangnya, kalkulasi kebaikan tidak seperti itu. Untung-ruginya tidak seperti akuntansi atau matematika.

Ada hal-hal tak kasat mata yang kerap kali kita abaikan sebagai balasan atas kebaikan kita kepada orang lain. Contohnya adalah kesehatan, kesempatan atau terhindar dari malapetaka dan marabahaya.

Karena itu, anggaplah diri kita seperti ksatria gagah di negeri dongeng. Kita tetap berdiri tegak menantang kejahatan. Menebar kebaikan kepada sesama laksana menebar butir-butir benih di ladang. Percaya bahwa kelak kita sendiri yang akan menuai dan menikmati buah kebaikan yang kita tebar.

 

 

Ilustrasi: http://1ms.net/good-versus-evil-hd-desktop-background-525671.html

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s