Ralph Waldo Emerson: Pujangga Memotivasi

FB FanPage BMH-Ralph W Emerson

Bagi penyuka sastra dan yang berwawasan luas, tentu tahu siapa nama di atas. Ketika saya mengambil salah satu kutipannya untuk mengisi fanpage Bhayu Mahendra H , tentu sudah dengan pertimbangan matang, bukan sekedar ingin romantis. Pujangga asal Amerika Serikat yang hidup di abad ke-19 (tepatnya lahir 25 Mei 1803 dan wafat 27 April 1882) ini adalah pemimpin gerakan Transcendentalist dan pelopor individualisme.

Sekedar menyinggung, transendentalisme adalah gerakan filosofis dan religius yang mempercayai bahwa ada kebaikan melekat di dalam manusia dan alam. Mereka mengkritisi masyarakat dan institusinya termasuk agama terorganisir sebagai pengebirian kemurnian individu. Aliran ini percaya bahwa manusia bisa mencapai potensi terbaiknya di saat benar-benar mandiri dan independen, tidak tergantung pada apa dan siapa pun.

Ini bisa dimaknai dengan banyak perspektif. Tetapi harus kembali kepada suasana di abad tersebut, dimana gereja dan negara begitu mengkooptasi kemerdekaan individu. Bahkan setelah Renaissance dan Enlightenment sekali pun, tetap ada upaya mengendalikan pikiran dan penafsiran rakyat atau umat. Tentu saja tindakan dan tingkah-laku termasuk yang dikontrol, justru karena itu lebih mudah. Orang diarahkan untuk memilih sesuai pilihan para pemimpin negara dan agama.

Emerson sebaliknya percaya, bahwa seseorang itu merdeka dan bebas secara hakiki. Ini merupakan pernyataan awal dari hak asasi manusia yang dikenal kemudian. Tetapi bagi Emerson, yang terpenting adalah setiap orang memiliki tanggung-jawab atas dirinya sendiri. Baik untuk melakukan apa yang disukainya maupun menolak yang tidak dikehendakinya. Kebebasan seperti ini, membuat orang tidak bisa menyalahkan orang lain atas kegagalannya, sebaliknya ia berhak penuh atas keberhasilannya. Masyarakat yang baik baginya adalah yang terbentuk dari individu merdeka seperti ini.

Dan semua takdir, menurut Emerson dimulai dari berpikir. Dari berpikir, kita menuai tindakan. Tindakan menghasilkan kebiasaan. Kebiasaan membentuk karakter. Dan dari karakter terungkaplah takdir.

Bila kita ingin takdir atau nasib kita berubah, mulailah dengan berpikir. Sebebas mungkin, sekreatif mungkin, dan lanjutkan dengan tindakan nyata!

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s