Seberapa Tangguhkah Anda?

Tough

Tangguh atau dalam bahasa Inggrisnya tough merupakan sifat yang jarang dimiliki orang. Jangan salah, ini bukanlah berarti seorang yang tangguh harus berbadan besar seperti atlet binaraga, mampu berlari 10 km sehari, push-up 1.000 kali atau sifat seperti tidak pernah menangis. Bukan. Tangguh itu adalah kemampuan menghadapi dan mengatasi masalah. Dalam istilah psikologi terapan, dikenal sebagai jenis kecerdasan “Adversity Quotient” atau biasa disingkat “AQ”.

Seringkali kita mencibir orang yang tengah menghadapi masalah dengan kalimat semacam, “Ah, gitu doang kok gak bisa…”. Padahal, andaikata kita sendiri yang menghadapinya, bisa jadi kita akan “nangis darah” dan “kencing di celana”.

Saya sering menghadapi orang-orang “nyinyir” semacam itu. Lucunya, mereka mengomentari “sambil duduk”. Ibaratnya mereka berlagak bak juri “idol-idolan” di televisi itu. Masalahnya, para juri itu sudah “proven”, terbukti. Lah, mereka ini? Hehehe.

Dulu, saya akan marah menghadapi mereka. Sekarang? Gusar jelas masih. Tapi reaksi saya menanggapinya yang berbeda. Saya punya tiga opsi sekarang: mengalihkan pembicaraan atau nyuekin, memberikan isyarat tidak senang atau bicara langsung ketidaksenangan saya, dan langsung pergi tanpa bicara apa-apa. Dulu, saya bisa memaki dan menghancurkan hubungan pertemanan. Apalagi kalau dia saya anggap tidak berharga atau bahasa Inggrisnya “unworthy”.

Buktinya, hasil tes seperti gambar di atas menunjukkan, saya ini “orang paling tangguh yang bisa ditemui”. Meskipun tes itu bersifat “iseng-iseng berhadiah senang” belaka, tapi dari komentar para pengguna, ternyata sulit mendapatkan hasil maksimal seperti saya.

Di dunia nyata, faktanya saya juga tangguh secara fisik. Pengalaman aktivitas luar-ruang saya teruji. Berbagai organisasi yang membutuhkan kesamaptaan fisik pernah saya arungi. Secara mental, saya juga sangat kuat. Orang lain apabila menghadapi masalah yang saya hadapi niscaya cuma punya dua pilihan: menjadi gila atau bunuh diri!

Maka, bolehlah saya menyombongkan diri seperti itu. Ingin rasanya saya menyemprotkan kata-kata semisal “Diem lu! Jangan banyak bacot!” kepada mereka yang mengumbar nasehat.

Tapi tentunya, dalam kehidupan nyata, ada banyak sekali hal yang harus dijaga. Posisi saya yang pengusaha, punya sederet gelar akademis dan sebagainya, tentunya membuat ada banyak hal yang harus dipertaruhkan apabila saya mengumbar emosi. Maka, kali ini, biarlah saya sedikit mengumbar emosi di blog ini. Tidak apa bila ada orang yang mengenal saya membaca. Itu malah membuat mereka berpikir seribu kali untuk “macam-macam” dengan saya. Hhhhh….!!!!

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s