Sudah beberapa kali surat pembaca saya dimuat di berbagai media. Ada yang langsung mendapatkan tanggapan, antara lain dari Polda Metro Jaya, tapi ada yang tidak jelas tanggapannya. Tapi baru kali ini surat pembaca saya dimuat di koran paling prestisius dengan tiras terbesar di Indonesia: Kompas.
Bagi saya, ini merupakan sarana untuk turut berkontribusi bagi bangsa, terutama di sektor pelayanan publik. Dalam hal ini, saya merasakan sebagai rakyat biasa sangat sulit untuk mengakses pejabat berwenang untuk menyampaikan saran dan masukan. Nomor telepon hubungan masyarakat tidak seperti pelayanan pelanggan perusahaan swasta, seringkali sulit dihubungi dan petugasnya pun tidak terlatih.
Sementara, tak jarang saya menghadapi masalah di lapangan. Sehingga kebingungan saat hendak melaporkannya. Saya juga mengoptimalkan sarana lain seperti Twitter dan e-mail. Tapi, rupanya tetap surat pembaca di media massa arus utama yang paling efektif. Tiras ratusan ribu eksemplar per hari dan dibaca para pengambil keputusan rupanya membuat instansi pemerintah dan pelayanan publik lebih awas dan waspada dalam menanggapinya.
Sebenarnya, saya juga menuliskan opini, tapi amat sangat jarang dimuat. Saya duga bukan karena kualitas tulisannya, tapi karena saya yang “bukan siapa-siapa”. Hampir semua media massa arus utama sangat menghargai gelar akademis dan jabatan formal. Sehingga akan sangat sulit bagi rakyat biasa seperti saya masuk dalam pertimbangan redaksi.
Selain di media massa arus utama, saya juga sangat rajin di media sosial terutama Facebook dan Twitter. Dengan follower ribuan, saya bisa dengan mudah menggelorakan ide-ide saya. Apalagi saya juga secara resmi adalah admin dan pimpinan dari beberapa group yang merupakan kepanjangan dari komunitas darat. Menyenangkannya di socmed adalah adanya reaksi dan interaksi langsung dengan friends atau followers. So, silahkan follow Twitter saya @BhayuMH atau account FB utama saya di http://facebook.com/BhayuMH. Mari berinteraksi lebih intens dan erat. 🙂