Satu hal besar yang jadi perhatian masyarakat di Pilpres kemarin adalah realitas dunia maya yang ternyata begitu menggelora. Ada fenomena seolah terjadi “pertempuran” di sana. Tim kami memang bukan satu-satnya yang bekerja, namun dari situ, kami menengarai adanya upaya dari tim lawan untuk meluaskan “medan pertempuran”. Salah satunya adalah mencoba melakukan “pembunuhan karakter”. Serangan dilakukan bukan sekedar kepada capres-cawapres yang sedang bertanding secara resmi saja, tetapi kepada orang-orang di sekitarnya. Bahkan, saya yang ibaratnya ‘bukan siapa-siapa’ pun kena imbasnya.
Bermunculannya para pengunjung baru di blog ini dengan komentar bernada “kurang ajar” (tentu tidak saya approve) menunjukkan hal itu. Mereka tidak mau repot-repot membaca “Disclaimer”, yang bisa jadi terlalu rumit dan sulit mereka mengerti juga. 😉 Tapi alhamdulillah buat saya, itu berarti orang-orang itu meluangkan waktunya untuk ‘memberi perhatian’ kepada saya. Walau perhatiannya bersifat negatif. Hahaha.
Jangankan saya, Jokowi dan Prabowo saja dihajar begitu rupa. Tidak usah lagi Jokowi dan Prabowo yang orang biasa, bahkan “utusan Tuhan” seperti para Nabi pun dihina-hina oleh manusia yang sesungguhnya hina.
Satu hal yang jelas, dunia maya (anak alay menyingkatnya “dumay”) bukanlah dunia nyata. Cukup matikan komputer, laptop, tablet atau telepon genggam pintar, maka terputuslah koneksi kita dengannya. Disconnected adalah perkara yang amat sangat mudah. Tapi ternyata memang yang seringkali mengganggu adalah emosi. Kita tertantang untuk “membuktikan diri”, memaksa orang lain mengaku kalah dalam adu pendapat atau debat di “dumay”.
Padahal, kontestasi di “dumay” jelas semu. Ia tidak nyata. Karena perlombaannya tidak nyata, maka jelas tidak ada hadiahnya. Kalau pun menang, apa sih imbalannya? Cuma rasa puas yang juga semu.
Maka, buat apa ngotot?
Satu hal yang membuat saya selalu ingat kalau “perang dumay” itu percuma adalah dengan mengingat foto yang jadi ilustrasi tulisan ini. “Lawan bertanding” kita bisa jadi cuma orang-orang seperti itu. Buat apa meladeni account anonim, yang orangnya tidak kita kenal di dunia nyata? Cuma menghabiskan energi saja. Padahal, rata-rata mereka yang bersuara begitu lantang dan keras di “dumay” adalah nobody di dunia nyata. Yeah, seperti foto guyonan di atas lah… Hahahahaha 😀