Bagi pelanggan setia blog ini, mereka yang sering mengunjungi dan membaca isinya, pasti ngeh bahwa banyak tulisan ‘bolong’ di hari-hari yang seharusnya saya isi. Karena sesuai ‘janji’-nya, blog ini adalah daily blog alias blog harian. Jadi, sudah selayaknyalah saya isi dengan aneka tulisan berbeda setiap hari.
Sebenarnya, cuma ada tiga alasan saya tidak mengisi blog ini dengan artikel selama beberapa hari. Pertama, adalah alasan keterbatasan fisik. Karena saya menulis sendiri semua tulisan di sini, tanpa ada bantuan asisten apalagi bot aggregator, maka jelas perlu waktu, tenaga dan pikiran yang khusus diluangkan. Apabila saya mengalami gangguan fisik terutama kesehatan, tentu saya tak mampu melakukan ‘tugas’ itu.
Alasan kedua adalah keterbatasan koneksi. Karena ‘rumah’ blog ini di dunia maya, maka jelas koneksi internet diperlukan. Terkadang, saat saya bepergian ke luar ibukota, koneksi ini sulit didapat. Iklan dari provider telekomunikasi seringkali tidaklah sehebat seperti dijanjikan. Karena itulah tak jarang saya terpaksa ‘merapel’ tulisan begitu sudah mendapatkan koneksi lagi.
Dan terakhir, alasan ketiga. Inilah yang hendak saya ajukan kepada “sidang pembaca” kali ini. Ada hal yang lebih penting dalam kehidupan saya di dunia nyata yang harus saya dahulukan atau prioritaskan pengerjaannya. Memang, sebenarnya kalau ‘ditelateni’, mengerjakan satu artikel postingan cuma memerlukan sekitar 5-10 menit waktu pengetikan saja. Akan tetapi, yang jadi masalah justru koneksi internetnya. Karena sulitnya mendapatkan sambungan, maka tentu sayang bila online hanya sebentar. Maka, seringkali waktu yang harus disediakan menjadi 1-2 jam. Di sinilah masalahnya.
Secara literal, makna kata “first thing first” adalah “pertamakan yang pertama”, maksudnya tentu “dahulukan yang pertama”. Ini adalah skala prioritas. Kita tentu tahu ada pembedaan antara “mendesak” (urgent) dan “penting” (important). Nah, pertama atau first tadi adalah keduanya.
Sulitnya, sebagai manusia, saya seringkali keliru menetapkan skala prioritas ini. Emosional lebih mengemuka daripada rasional. Kita memang cenderung lebih menyukai mendahulukan mengerjakan sesuatu aktivitas yang bersifat menyenangkan bukan? Contoh sederhana, apabila ada tugas yang mengharuskan mengetik di depan laptop dan menyaksikan televisi atau bermain game, hati kecil kita pasti lebih memilih yang kedua. Maka, hati kecil tak selalu benar. Ia mungkin baik, tapi tak selalu benar. Karena itu harus diseimbangkan dengan pilihan rasional yang saya sebut hati besar.
Karena itulah, LifeLearner, dengan segala kerendahan hati saya memohon maaf atas absennya tulisan di blog ini selama beberapa waktu. Saya usahakan akan segera menambalnya agar tidak ada lagi hari-hari terlewatkan kosong dalam blog harian ini. Do’akan, berkunjung dan berinteraksi terus ya… agar saya makin ceumungut. 🙂
Ilustrasi: http://1st-things1st.blogspot.com/