Hari ini adalah peringatan yang sangat penting bagi umat Nasrani. Sebagai tonggak iman yang bahkan dicantumkan dalam kredo atau pengakuan iman, wajib meyakini bahwa Yesus wafat di hari Jum’at di tiang salib serta bangkit kembali hari ini.
Saya tidak hendak membahas detail soal keyakinan iman Nasrani ini. Hanya hendak mengambil hikmah dari sudut pandang saya secara subyektif.
Kata Paskah secara etimologis berasal dari bahasa Latin “Pascha” dan Yunani “Paskha”. Keduanya berarti sama yaitu “Kebangkitan”. Tentu, dalam pemaknaan agamawi adalah kebangkitan Yesus dari kematiannya di tiang salib.
Sementara, bagi saya, kata “kebangkitan” ini merupakan sebuah penanda yang amat berarti. Kita semua tahu bahwa bangkit atau bangun kembali itu berarti terjadi setelah kejatuhan atau malah kematian. Maka, jelas “sesuatu banget” bagi orang yang telah jatuh untuk bangkit kembali.
Secara bahasa Indonesia, kata “Paskah” cuma berbeda satu huruf dari “pasrah”. Dalam hidup, seringkali kita memang harus pasrah atas suatu kejadian. Apabila kita menjatuhkan gelas dan pecah, ya harus pasrah. Kondisinya memang sudah hancur berantakan. Kalau pun mau dilem sekali pun, jelas mustahil bisa kembali seperti sedia kala. Serpihannya terlalu banyak untuk disatukan kembali. Kita hidup di dunia nyata, bukan di dunia Harry Potter dimana kerusakan bisa diperbaiki dengan mantra “Reparo”.
Pasrah di sini bukan berarti menyerah kalah, melainkan berserah. Kalau kita ambil kembali analogi gelas pecah tadi, maka kita harus membereskan pecahannya. Apabila sebuah rumah runtuh, maka harus dibereskan dulu puing-puingnya sebelum bisa membangun yang baru. Kita berserah kepada Tuhan pada apa yang terjadi, tapi tetap harus melakukan sesuatu untuk memperbaikinya. Bila kerusakan sudah terlalu parah dan tak mungkin diperbaiki, maka satu-satunya jalan adalah membereskan dan membuang apa yang tersisa. Untuk kemudian mencari yang baru atau membangun yang lebih baik.
Karena itulah, Paskah pun penting bagi saya, karena tiga tahun lalu, salah satu awal malapetaka di hidup saya dimulai di hari ini. Dan justru di hari ini, saya ingin memaknainya secara berbeda. Dengan pasrah dan berserah kepada Tuhan, tapi sekaligus juga bangkit dari kejatuhan dan kematian. Karena Tuhan sebenarnya tak pernah meninggalkan kita yang mampu berserah kepada-Nya.
Ilustrasi: coffee4thesoul.wordpress.com