Banyak motivator yang mengajarkan rumus “ATM”, kepanjangannya “Amati, Tiru, Modifikasi”. Dan banyak orang yang dengan senang hati melakukannya. Masalahnya, ini Indonesia.
Entah mengapa, budaya instan dan tidak menghargai hak karya intelektual begitu mengemuka. Banyak orang yang kurang mampu membedakan meniru yang halal dan haram.
Meniru halal kalau kita bermaksud mencontoh kebaikan. Dalam hal ibadah misalnya, ada orang yang senantiasa shalat berjama’ah di masjid. Kita ingin meniru perilaku itu. Atau ada rekan yang karirnya melesat, maka kita meniru cara kerjanya. Atau ada idola yang kita hendak ikuti kesuksesannya, maka kita tiru bagaimana dia menjalani hidup.
Meniru haram kalau ia bersifat mencontek, menjiplak atau plagiasi. Copy-paste artikel adalah salah satunya. Di tingkat yang lebih besar, banyak mahasiswa ingin cepat lulus dengan memplagiasi skripsi atau tugas akhir. Bagi yang masih sekolah, ternyata masih ada saja siswa yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan hasil ujian yang bagus. Mereka mencontek. Parahnya lagi, malah ada guru dan pengawas yang membiarkan, bahkan menganjurkan.
Ini jelas merusak.
Bangsa ini akan hancur kalau generasi mudanya terbiasa –atau dibiasakan- mengambil jalan pintas yang haram. Kalau pun menganggap Tuhan tidak peduli, ada hukum positif. Kelak, orang-orang semacam ini akan terbiasa mengambil hak orang lain, terbiasa zalim. Mereka bisa mencuri, korupsi atau manipulasi. Mereka juga bisa menyogok, menyuap atau mengambil alih aset negara. Mereka bisa menggusur dan merampas hak rakyat.
Semua demi kepentigan diri sendiri atau kelompoknya. Semua demi kemenangan atau hasil yang bagus, tak peduli caranya tak patut.
Maka dari itu, yuk kita sama-sama budayakan kejujuran. Menyebutkan sumber bila mengutip tulisan atau mengambil gambar. Memberi kredit para orang yang mengusulkan ide. Dan tidak menjiplak mentah-mentah hak karya intelektual orang lain. Mintalah izin bila memang diperlukan. Dan jangan pernah merasa malu kalau tidak mampu atau kurang bagus hasilnya, hargailah proses dan kinerja Anda sendiri. Karena Tuhan jelas lebih menyukai orang jujur daripada orang yang berhasil dengan cara curang.
Foto: Repro Trans7 oleh Bhayu M.H.