Satrio Piningit?

satrio-piningit-maja

Saya seringkali tertawa saat membaca, melihat atau mendengar pernyataan orang-orang yang mengaku memiliki ilmu “trawangan”, terutama soal politik. Kenapa begitu? Karena banyak sekali yang sekedar “otak-atik-gathuk”. Ini merupakan satu adagium Jawa yang artinya “mengkait-kaitkan hal-hal yang sebenarnya tak terkait, sehingga menjadi seolah-olah terkait”.

Salah satunya saat saya membaca artikel di laman Yahoo-Indonesia. Ada seorang paranormal yang mengaku berasal dari Tibet mengulas kembali soal ramal-meramal ini. Ia seenaknya mengutip pendapat Jawa Kuno tanpa menyebut sumbernya, tentang adanya tujuh “ksatria” yang katanya secara berurutan akan menjadi pemimpin negeri ini.

Setahu, saya ini adalah kriteria yang ditetapkan Jayabaya untuk para pemimpin kerajaan Majapahit. Menurutnya, ada tujuh ksatria yang akan tampil memimpin tanah Jawa, yaitu:

  1. Satrio Murwo Kinunjoro. Pemimpin yang hidupnya terpenjara. Dinisbahkan kepada Soekarno.
  2. Satrio Mukti Wibowo Kesandung Kesampar. Pemimpin yang memiliki kewibawaan dari berbagai aspek tetapi jatuh karena orang-orang kepercayaannya sendiri. Dinisbahkan kepada Soeharto.
  3. Satrio Jinumput Sumela Atur. Pemimpin yang dipungut dan bertugas mengatur sementara. Dinisbahkan kepada B.J. Habibie.
  4. Satrio Lelono Tapa Ngrame. Pemimpin yang senang mengembara dan ahli ibadah atau senang bertapa. Dinisbahkan kepada Abdurrahman Wahid alias Gus Dur.
  5. Satrio Piningit Hamong Tuwuh. Pemimpin yang tampil karena merupakan keturunan pemimpin terdahulu. Dinisbahkan kepada Megawati Soekarnoputri Taufik Kiemas yang bernama asli Dyah Permata Megawati, putri Soekarno presiden pertama Indonesia.
  6. Satrio Boyong Pambukaning Gapuro. Pemimpin yang rela pindah dari asalnya untuk membuka gerbang kesejahteraan negara. Dinisbahkan kepada Susilo Bambang Yudhoyono.
  7. Satrio Pinandito Sinisihan Wahyu.  Pemimpin yang memiliki kemampuan luar biasa, ia seperti pendeta atau ahli agama yang mendapatkan wahyu Tuhan untuk memimpin negara. Inilah yang katanya dinisbahkan kepada presiden mendatang.

All right, andaikata benar bahwa Presiden terpilih mendatang benar-benar Satrio Piningit, ada satu pertanyaan mendasar yang sangat sederhana. Apakah itu berarti Indonesia cuma bakal punya tujuh presiden? Lalu, setelah itu bagaimana nasib kita sebagai bangsa dan negara? Bubarkah?

Tentu jawabannya tidak. Itu sama absurd-nya dengan dahulu di masa Soeharto orang-orang yang mengaku paranormal terutama Permadi mengetengahkan rumus “Notonogoro”. Justifikasinya adalah Soekar-No, Soehar-To dan diramal presiden berikutnya memiliki nama akhiran “No” atau “Na” juga. Begitu ternyata presidennya Habibie yang malah bukan orang Jawa, semuanya cep-klakep. Diam bungkam seribu bahasa.

Satu yang orang lupa, ramalan itu dibuat Jayabaya untuk Majapahit. Cuma untuk Majapahit. Maka seyogyanya para ahli sejarah meluruskan dengan menyelidiki siapa saja sebenarnya raja atau ratu yang dimaksud dengan ramalan itu. Sebenarnya, pemenuhan ramalan itu pun “otak-atik-gathuk” saja. Kenapa? Karena isinya cuma kriteria yang bisa dicocok-cocokkan dengan siapa saja.

Lagipula, sang peramal pasti lupa –atau tidak tahu- bahwa kita sebenarnya punya satu presiden lagi di masa revolusi. Dialah Mr. Sjafruddin Prawiranegara, Presiden Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) yang berkedudukan di Bukit Tinggi. Ia diberi mandat Presiden Soekarno yang ditawan Belanda di Yogyakarta seusai Agresi Militer ke-2 tahun 1949. Ini menunjukkan bahwa pemerintahan sipil resmi Indonesia selalu berkelanjutan sejak Proklamasi 17 Agustus 1945 dan tidak pernah vacuum.

Dengan begitu, ramal-meramal soal satrio-satrio-an tadi resmi gugur. Hehehe.

 

Ilustrasi: tribunnews.com

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s