Alhamdulillahirabbil’alamiin. Segala puji bagi ALLAH SWT, Tuhan Sejati.
Saya merasa bahwasanya Tuhan benar-benar mendidik saya Godself. Secara ruhani, saya tidak punya guru. Dalam bahasa sufisme, istilahnya mursyid. Beberapa kali saya mencoba mencari, tapi nasab-nya tidak shahih. Kalau dalam konteks ilmu agama duniawi sih, jelas saya punya banyak guru. Tapi secara spiritual, saya benar-benar mandiri. Tuhan sendiri Maha Guru saya.
Apa akibatnya? Memang, ada perasaan istimewa. Tapi itulah jebakan badman-nya.
Saya tidak boleh merasa istimewa. Itulah ujub dalam bahasa agama. Dan saya masih terus belajar di sini.
Salah satu cara Tuhan mendidik saya adalah mempertemukan saya dengan orang-orang baru dari jalan yang tidak saya duga sama sekali. Mereka ini kemudian mengajarkan hikmah kehidupan kepada saya. Benar-benar sebuah sekolah kehidupan. Merekalah para “guru kehidupan”.
Di antara para “guru kehidupan” itu ada seorang sahabat baru yang usianya sebaya saya. Akan tetapi, “badai” di hidupnya menurut saya lebih dahsyat daripada yang saya alami. Dan darinya saya belajar kerendahan hati yang luar biasa.
Salah satunya adalah sikap pamer yang dihindari sebisa mungkin. Ia yang terkategori milyarder tapi ke mana-mana masih sering menggunakan angkutan umum. Menginap pun di hotel murah saja, padahal ia mampu menyewa presidential suite sekali pun.
Saya jadi malu. Karena saya masih sering pamer, terutama di blog ini. Padahal, saya sudah berusaha tidak pamer di FaceBook atau Twitter. Kalau Anda terkoneksi dengan saya, jelas tidak akan ada foto saya sedang berwisata ke mana pun. Atau status sedang berada di suatu tempat mana pun yang bersifat pamer kemewahan, kecuali mungkin acara edukasi seperti seminar atau acara organisasi. Juga tidak akan ada foto saya dengan latar belakang kemewahan seperti mobil. Foto selfie jelas nol, tidak ada sama sekali. Kalau pun ada foto adalah aktivitas atau kegiatan misalnya suatu acara organisasi atau foto bersama tokoh penting. Walau sebenarnya itu lebih karena alasan privasi. Kehidupan pribadi saya privat, bukan untuk diumbar ke siapa pun.
Sehari-hari, saya juga berusaha tidak pamer. Tapi rupanya itu pun masih sering dianggap sombong oleh orang lain. Saya harus makin menunduk. Makin berpenampilan gembel. Tapi tentu saja tidak bisa di semua tempat. Kalau saya menghadiri gala dinner atau concert misalnya, mustahil cuma memakai jeans belel. Itu namanya tidak menghormati tuan rumah pengundang dan juga tidak menghormati harkat diri sendiri. Tapi yang terpenting adalah sehari-hari. Tidak perlu orang tahu siapa saya. Sikap ini berarti banting setir 180 derajat. Karena saya pada dasarnya sombong dan ‘tukang pamer’. Semoga Tuhan masih mau menerima saya, murid-Nya yang bandel dan bodoh ini.
Ilustrasi: gifstumblr.com
Ping-balik: Aktivitas Saya | LifeSchool by Bhayu M.H.·