Salah satu film yang ditunggu di tahun 2014 ini adalah Noah. Film ini berkisah tentang kisah seorang suci yang diakui oleh tiga agama: Yahudi, Kristen dan Islam. Kita tahu bahwa ia dititahkan membangun bahtera di atas gunung. Hal itu dikarenakan Tuhan hendak menurunkan azab kepada kaumnya yang menentang ajaran Nuh. Azab itu berupa banjir besar yang memusnahkan sebagian besar makhluk hidup. Nuh tidak hanya diperintahkan membangun bahtera, tapi juga menyelamatkan manusia yang beriman dan makhluk lainnya. Ia dititahkan untuk membawa sepasang tiap jenis hewan yang ada dan semua jenis tumbuhan di sana. Bahtera yang dibangun di atas gunung sempat mendapatkan cemoohan dari warga yang menentangnya. Hal itu karena ia melakukan itu saat cuaca cerah tidak ada hujan. Mereka mengira Nuh gila karena membangun kapal bukan di tepi pantai, tapi di atas gunung. Tapi, Nuh yakin pada titah Tuhan untuknya dan tetap pada tugasnya.
Inilah yang sulit untuk diteladani. Apakah suara Tuhan masih bisa didengar di masa yang seperti mengabaikan Tuhan ini? Saya merasa, beginilah situasi di masa Nuh, juga di kaki Vesuvius dan di Roma saat di puncak kejayaan. Manusia begitu terlena pada kemegahan dunia, sehingga seolah Tuhan tak lagi berperan. Ia diabaikan dan ‘dipenjara’ hanya di ruang-ruang ibadah. Mereka yang rajin beribadah bisa tetap enak saja melakukan berbagai tindakan yang nyata-nyata dilarang agama, sebutlah seperti korupsi atau selingkuh.
Saya pribadi mengambil teladan yang bisa jadi agak berbeda dengan yang ditangkap orang lain. Nuh begitu yakin bahwa ia hidup di dunia mengemban “misi Tuhan”. Ia tidak peduli pada cemoohan, ejekan dan hinaan orang lain. Ia tetap berjalan lurus sesuai keyakinannya.
Dalam hidup, seringkali kita menghadapi tantangan ini. Usaha yang kita rintis dipandang sebelah mata, ide kita dianggap murah, upaya kita tidak dihargai. Di saat ini, biasanya perang terjadi bukan hanya antara pihak yang tidak senang dengan pelaksana, tapi juga di dalam diri kita sendiri. Beratnya perjalanan saat mencapai tujuan seringkali membuat kita ingin menyerah dan berhenti saja.
Hanya ada satu cara membuktikannya, terus berjalan pada tugas dan percaya pada Tuhan. Seperti Nuh, para “haters” baru akan terdiam saat azab Tuhan benar-benar datang. Dalam hidup kita, para “dislikers” akan diam melihat kita sukses dalam hidup, membalikkan keadaan, mencapai semua yang dahulu mereka anggap mustahil kita capai. Insya ALLAH. Tuhan bersama orang-orang yang berjuang.