Bandung Lautan Api

peristiwa-bandung-lautan-api-warga-dan-tentara-mengungsi-keluar-_130324085843-980

Hari ini, di tahun 1946, ada peristiwa bersejarah dalam kehidupan kebangsaan kita. Itulah peristiwa yang disebut “Bandung Lautan Api”. Bagi yang tak suka sejarah dan sudah seusia saya, hampir pasti lupa pada kejadian ini. Saya yang menyukai sejarah saja seringkali lupa kalau tidak membaca media massa setiap hari. Dari sanalah saya ingat pada pengorbanan masyarakat Bandng di tahun 1946.

Ketika itu, sebagai epilog dari Perang Dunia II, Indonesia yang semula diduduki Jepang diserahkan kepada Sekutu. Pasukan Inggris yang bertugas di Asia Tenggara masuk ke bekas Hindia Belanda, menganggap bahwa bekas wilayah kolonial Belanda itu harus dikembalikan ke tangan penjajah. Mereka tidak mengakui kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Pada tanggal 12 Oktober 1945, pasukan Inggris di bawah Brigade MacDonald masuk ke kota Bandung. Mereka membebaskan semua tahanan berkebangsaan Belanda, yang kebanyakan adalah tentara. Tindakan tentara Inggris dan kesombongan bekas tahanan Belanda membuat para pejuang geram.

Pada tanggal 21 November 1945, Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan badan-badan perjuangan lainnya termasuk laskar rakyat melakukan serangan serentak terhadap kedudukan pasukan Inggris di Bandung bagian utara. Serangan juga dilakukan ke Hotel Savoyy Homann dan Hotel Preanger yang dijadikan markas pasukan Inggris. Akibatnya, tiga hari kemudian MacDonald memerintahkan kepada Gubernur Jawa Barat agar Bandung dikosongkan dari orang Indonesia.

Pertempuran-pertempuran kecil terus terjadi. Sementara pasukan Inggris pun meluaskan operasi militernya. Menghitung kekuatan yang tidak seimbang, akhirnya diputuskan untuk meninggalkan Bandung. Akan tetapi, agar kota tidak dapat digunakan oleh Inggris, maka diputuskan untuk membumi-hanguskan semua bangunan. Keputusan ini diambil dalam Madjelis Persatoean Perdjoangan Priangan dan diumumkan oleh Kolonel Abdul Haris Nasoetion selaku Komandan Divisi III Tentara Republik Indonesia (TRI). Maka, pada 23 Maret 1946, penduduk dan tentara Indonesia meninggalkan kota, menuju pegunungan di wilayah selatan Bandung.

Pasukan Inggris pun merangsek maju. Pertempuran paling sengit terjadi di desa Dayeuhkolot, selatan Bandung. Di sana terdapat gudang amunisi besar milik Inggris. Dua orang prajurit dari Barisan Rakjat Indonesia (BRI) melakukan tindakan kepahlawanan dengan menjadi martir guna meledakkan gudang itu dengan dinamit. Mereka adalah Muhammad Toha dan Ramdan, yang gugur bersama ledakan itu.

Para penduduk pun sukarela membakar rumah mereka sendiri. Seluruh kota terbakar, apinya konon tak padam hingga satu pekan lamanya, membuat pasukan Inggris kebingungan. Beritanya sendiri baru muncul di harian Suara Merdeka pada 26 Maret 1946, ditulis oleh Atje Bastaman. Judul beritanya semula “Bandoeng Djadi Laoetan Api”, menggambarkan ketakjuban Atje saat melihat Bandung yang memerah karena api dari bukit gunung Leutik di sekitar Pamengpeuk, Garut. Tapi karena keterbatasan ruangan, judul beritanya dipotong menjadi “Bandoeng Laoetan Api”.

Peristiwa bersejarah ini menjadi teladan bagi kita semua, bahwa terkadang diperlukan pengorbanan luar biasa untuk mencapai tujuan. Kalau itu tujuan pribadi, diperlukan pengorbanan dari diri kita sendiri. Bisa jadi pengorbanan itu juga diperlukan dari keluarga dan orang-orang dekat serta semua yang terlibat. Apalagi kalau tujuan itu adalah kemerdekaan, maka diperlukan pengorbanan kolektif rakyat. Di masa sekarang, pengorbanan bisa jadi dibutuhkan untuk mencapai tujuan bersama: Indonesia yang lebih baik.

 

Foto: Arsip Nasional RI

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s