Lucu. Saya mendapatkan reaksi lucu dari seorang teman yang saya kenal di dunia nyata. Kemarin, seperti Anda baca di blog ini, saya menginisiasi pembuatan sebuah group di FaceBook untuk mendukung Jokowi. Dan ada reaksi negatif yang tidak dewasa dari seorang teman.
Persis seperti mereka yang menuliskan komentar negatif di blog ini.
Rupanya ada standar perilaku netizen yang mereka tidak tahu. Blog, group, atau situs selain situs atau portal berita umum, bukanlah seperti forum dimana bebas mencaci-maki. Rupanya, kebiasaan ala kaskus begitu menggejala. Menggunakan nick-name, lantas membahas apa saja secara bebas. Padahal tidak. Kalau kita tidak setuju pada sebuah blog, group atau situs, jangan cuma berkomentar negatif. Lebih baik buat tandingannya. Kalau saya buat sebuah group pro-Jokowi, buatlah group serupa tapi yang anti-Jokowi. Puas-puaslah mencaci-maki Jokowi di sana. Gampang kan?
Tapi ternyata tidak gampang. Justru karena mereka tidak mampu melakukannya. Mereka malah ‘nyampah’ di rumah orang.
Sederhananya begini. Kalau ada tetangga membangun rumah dan mencatnya dengan warna yang tidak Anda sukai, apakah Anda akan membawa cat warna lain dan menyiramkan cat itu ke rumah tersebut? Tentu tidak. Anda akan berkelahi dan bisa jadi urusan polisi kalau melakukannya. Tapi kenapa ya di ranah maya mudah sekali orang bertindak serupa itu?
Hal itu karena tidak ada kedewasaan, terutama dalam berpolitik. Kalau kita suka atau tidak suka pada suatu pilihan, kita tidak perlu memaksa orang lain untuk mengikuti pilihan kita. Sebaliknya, kalau ada orang lain yang memaksa kita, maka kita berhak menolaknya.
Saya menuliskan di status FaceBook saya kemarin:
“Politik itu kepentingan. Kepentingan itu pilihan. Dan pilihan adalah soal kedewasaan. Saya terlibat dari dekat di setiap Pemilu sejak 1987, bukan sekedar dengar2 atau baca2 dari media. Dan selalu saya gunakan hati untuk memilih, dilandasi fakta yang ada. Jokowi bukan orang suci. Dalam politik, semua orang kotor. Namun, saat ini dia yang rekam jejaknya paling sedikit kekotorannya. Silahkan tidak sependapat, namun sekali lagi kedewasaan itu justru bisa berbeda pendapat tanpa bermusuhan.
Semoga kita bisa makin dewasa dalam berpolitik. Sehingga Indonesia bisa makin maju dan tidak meributkan urusan perbedaan pendapat belaka.
Foto: gresnews.com