Memfilter Berita Negatif

newsMembaca berita baik dari koran cetak, majalah mingguan atau pun dari situs berita internet, terus-terang saya merasa porsinya lebih banyak yang negatif. Mulai dari kisruh pemeriksaan Wawan-Atut oleh KPK, imbas abu Gunung Kelud, istri purnawirawan jenderal polisi yang menyekap pembantu, geng motor yang merajalela, hingga di luar negeri ada berita revolusi di Ukraina.

Mengikuti saran dari senior saya yang seorang jurnalis kawakan, di blog ini saya mulai menghindari membahas berita-berita yang sedang jadi trending topic di media massa main stream. Kenapa? Percuma. Ulasan saya pasti tak akan lebih baik daripada mereka. Akan tetapi berbeda apabila saya punya sudut pandang berbeda. Karena itulah saya menurunkan tulisan soal Apel Siaga Perubahan Partai Nasional Demokrat kemarin. Malah dua artikel sekaligus, di blog sini dan di Kompasiana. Terbukti redaksi Kompasiana menganggapnya menarik dan menaikkannya sebagai Highlight Article.

Kecuali ada manfaat bagi orang lain, saya juga sebisa menghindari penulisan hal-hal bersifat pribadi atau “curcol” lagi. Akan tetapi, tak ada yang lebih saya hindari selain penulisan bernada negatif. Sayangnya, apabila kita menyaksikan televisi, sejak pagi hingga malam pemberitaan hampir selalu “yang jelek-jelek” saja. Apabila kita sudah berkeluarga apalagi memiliki anak, pemberitaan negatif itu juga harus kita filter. Kalau anak di bawah usia pra-remaja kita biarkan menyaksikan berita, bisa jadi mereka akan akrab dengan kosakata “korupsi”, “pencurian”, “pencucian uang”, “pembunuhan” bahkan “perkosaan”. Kalau kita biarkan menyaksikan infotainment, anak akan akrab dengan kosa kata “kawin”, “cerai”, “pacaran”, “putus”, “talak”, dan sebagainya. Malah, saat saya membaca sebuah tabloid gosip, penuturan seorang pengacara yang sedang berseteru dengan istrinya yang artis begitu vulgar saat membahas hubungan suami-istri.

Bagaimana cara memfilter berita negatif ini?

Cara paling mudah adalah tidak mengikutinya. Matikan televisi, tidak usah baca berita dari mana pun. Tapi, ini akan membuat kita jadi “kuper”. Kalau untuk anak, jelas kita harus membatasi akses. Tidak bisa dilepas kontrolnya begitu saja. Tapi kalau untuk diri sendiri, saya pikir cara terbaik adalah mengontrol pikiran kita sendiri.

Kita harus sadar bahwa media memang lebih laku kalau menjual berita semacam itu. Kalau ada anjing menggigit orang, itu biasa, kalau ada orang menggigit anjing, itu baru berita. Jadi, apabila ada berita soal korupsi misalnya, kita harus yakin bahwa masih banyak orang baik di luar sana. Bahkan andaikata kita dalam bisnis atau pekerjaan terpaksa berhadapan dengan mereka yang gemar melanggar aturan, istiqomah sajalah bahwa Tuhan akan menjaga kita. Saya sendiri mengalami dipandang sebagai orang aneh saat tak mau melakukan hal semacam itu. Dan bisa jadi akan kehilangan teman juga, tapi tak usah peduli selama kita yakin di jalan Tuhan.

Cara lain adalah pengalihan. Saya sering memantau televisi saluran luar negeri semata untuk mendapatkan refreshment bahwa ada dunia lain yang tak sekacau pemberitaan televisi kita. Kadangkala cuma melihat berita perayaan Mardi Gras di Brazil misalnya, bisa membuat tersenyum. Atau menonton film seperti seringkali saya lakukan hingga membuat situs resensi khusus Resensi-Film. Dengan pengalihan ini, pikiran kita akan imbang.

Sebenarnya, berita positif atau minimal tidak negatif juga banyak kok dari dalam negeri. Saya sering menyaksikan televisi yang menampilkan acara berbeda seperti B-Channel atau DAAI TV. Atau program jurnalisme warga di Wide Shot Metro TV. Semua itu memberikan penyeimbang bahwa masih banyak hal selain kehebohan di kepala berita media arus utama. Maka, kita pun menjadi tidak putus harapan kepada Indonesia. Kita tetap bangga sebagai orang Indonesia dan ingat: lebih baik menyalakan lilin daripada merutuki kegelapan.

Foto: www.vitesse.com

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s