Kerelaan Memaafkan

forgiveness requestRasulullah Muhammad SAW adalah pribadi paling pemaaf dalam sejarah umat manusia. Ia dilempari batu, lumpur dan kotoran hingga giginya patah, tapi malah memaafkan mereka. Ketika ditawari malaikat Jibril a.s. untuk membalikkan bukit sebagai balas dendam, beliau menolak. Hebatnya, beliau malah mendo’akan mereka, “Ya ALLAH, maafkanlah mereka. Sesungguhnya mereka tidak tahu.”

Mengucapkan kata empat huruf “maaf” dalam arti meminta maaf itu sulit. Perlu merendahkan hati karena seolah mengakui kita dalam posisi lebih rendah. Namun, memberi maaf juga sulit. Karena biasanya kitalah yang disakiti oleh orang yang meminta maaf. Akan jauh lebih sulit apabila orang yang berbuat kesalahan tadi tidak mengakui kesalahan dan enak saja melenggang berlalu dalam hidup. Ini persis seperti kisah Nabi Muhammad SAW tadi.

Ada banyak kejadian dalam hidup yang bisa membuat orang melukai kita tanpa meminta maaf, baik dia sadar atau tidak. Misalnya kejadian kecelakaan lalu-lintas dimana pelakunya tabrak lari. Ia jelas tidak akan meminta maaf karena untuk urusan itu saja ia tidak jantan dan kabur. Atau kita menjadi korban kejahatan yang memakan korban banyak, sebutlah seperti terorisme. Meskipun pelakunya kemudian ditahan polisi, apakah derita korban akan berkurang karenanya?

Jelas tidak.

Korban yang tewas tidak bisa hidup lagi. Korban yang cacat tidak bisa pulih lagi. Korban yang kehilangan sesuatu tak akan bisa kembali lagi.

Tapi hidup harus terus berlanjut.

Bagaimana caranya? Rela memaafkan.

Ada buku yang lumayan membantu untuk soal ini. Judulnya Forgiveness karya Gerald G. Jampolsky. Dialibahasakan menjadi Rela Memaafkan: Obat Paling Ampuh (Jakarta: Erlangga, 2001).

Dalam buku ini terdapat contoh kasus-kasus tentang sakit hati dan dendam. Tapi terlebih penting lagi adalah bagaimana para korban kemudian berbesar hati memaafkan para pelaku. Justru itu semua dimulai dari memaafkan diri sendiri. Karena inilah justru yang paling sulit. Menyadari bahwa kita ada di tempat dan waktu tertentu adalah karena izin Tuhan. Dan Ia pasti menginginkan sesuatu dari kejadian itu. Kalau kita jatuh, Tuhan ingin kita belajar dari kesakitan itu dan bangkit lagi. Kalau kita disakiti dan dijahati orang, Tuhan ingin kita menjadi lebih sabar dan pemaaf.

Maka, seperti saya yang terus berusaha memulihkan diri, saya juga mengajak kita semua untuk bergerak maju. Hidup tidak berhenti hanya karena satu kejadian saja. Dan itu dimulai dengan kerelaan memaafkan.

Foto: www.positivechoices.com

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s