Saya baru saja menyaksikan film The Fifth Estate (2013) di cakram padat (resensi bisa dibaca di Resensi-Film.com). Film ini berkisah mengenai Wikileaks.org, sebuah situs yang sempat menghebohkan dunia. Karena situs ini membongkar berbagai kejahatan rezim penguasa. Mulai dari korupsi, konspirasi hingga pembunuhan keji.
Di Indonesia, hal ini mungkin tidak terlalu heboh. Karena dokumen yang dibongkar tentang skandal di negeri ini cuma ‘segitu doang’. Malah, kehebohan penyidikan oleh KPK lebih seru. Apalagi dibumbui aliran dana korupsi yang ternyata ‘mengalir sampai jauh’ hingga ke kantong artis segala.
Namun di banyak negara maju termasuk Amerika Serikat, pengungkapan dokumen rahasia oleh Wikileaks.org mengerikan. Ini karena ternyata negara bisa begitu bejat saat melaksanakan hajat. Di Afghanistan misalnya, “global war on terror” ternyata lebih mengerikan daripada yang dilaporkan. Media arus utama tidak berani –bahkan di negara sebebas AS- memberitakan kebrutalan pasukan mereka sendiri. Tapi video mengungkapkan hal sebaliknya. Video ini bahkan video resmi dari kamera pengintai helikopter tempur, yang menunjukkan kesadisan pilot dan awaknya menembaki warga tak bersenjata.
Di balik semua kehebohan itu, ternyata Wikileaks.org cuma “army of two men” karena digawangi hanya oleh Julian Assange dan Daniel Domscheit-Berg. Sudah begitu, mereka pun akhirnya ‘pecah kongsi’, yang menurut film tersebut karena keegoisan dan kenarsisan Julian. Namun, dua orang itu telah mampu mengubah dunia. (Soal “mengubah dunia” ini akan saya bahas hari Senin besok).
Ternyata, hubungan seerat apa pun tetap bisa “pecah kongsi”. Baik itu suami-istri, saudara apalagi sekedar kolega dan teman bisnis. Saya merasa, saya punya sifat keduanya. Saya pernah ‘mengusir’ orang yang bekerja bersama saya dan tidak peduli pada kontribusinya seperti dilakukan Julian. Tapi terus-terang saya lebih sering mendapatkan perlakuan seperti Daniel yang justru kontribusi pada suatu institusi nggak dianggep.
Apa pun, ‘pecah kongsi’ itu harus disikapi dengan bijak. Ia bukanlah ‘akhir dunia’. Walau pasti menyakitkan, tapi the show must goes on.
Ilustrasi: http://business.financialpost.com/2013/11/11/small-business-partnerships/