Hari-hari belakangan ini saya juga sedang asyik menikmati buku baru karya Agung Adiprasetyo, CEO Kelompok Kompas Gramedia. Judulnya Memetik Matahari : Inspirasi dari Orang yang Melihat Terang dalam Hidupnya (Jakarta: Kompas, 2013). Buku ini berisikan tulisan inspiratif pendek beraneka tema. Benang merahnya sama: bahwa kita hidup haruslah berguna untuk sesama. Apa pun halangan dalam hidup, sebagai manusia kita seharusnya tidak menyerah begitu saja. Menolak kalah.
Saya tambah menyadari bahwa saya termasuk orang yang dianugerahi ilmu, pengetahuan, wawasan dan jaringan luas. Membaca tulisan dalam buku Agung Adiprasetyo ini dan buku kolega saya Wijayanto Samirin terdahulu (baca kembali tulisan saya berjudul “Keteladanan Jusuf Kalla, Sandiaga Uno & Anies Baswedan”) dengan ge-er saya bisa melihat pola kemiripan dengan tulisan pendek saya di blog ini. Pola tulisan seperti ini sebenarnya diinisiasi oleh Goenawan Mohammad sewaktu masih menjadi Pemimpin Redaksi Tempo dengan tajuknya “Catatan Pinggir”. Tentu, bisa jadi ada pribadi-pribadi orang biasa seperti saya yang sering menulis. Hanya saja, karena individunya kurang terkenal, maka tulisan mereka ‘tenggelam’ begitu saja.
Kita semua termasuk beruntung karena era saat ini sudah ada media seperti blog. Dahulu, agar tulisan kita bisa dikonsumsi publik, satu-satunya cara adalah melalui kolom opini di media massa cetak. Tulisan saya cuma beberapa kali saja dimuat di koran, tak pernah di majalah. Dan, di sana, “nama besar” sangatlah penting. Tulisan saya yang “baik dan benar” sekali pun tak akan dimuat karena saya “bukan siapa-siapa”. Pernah misalnya di harian Kompas ada tulisan seorang pensiunan jenderal angkatan udara –di TNI AU kita disebut Marsekal- yang keliru datanya. Sebagai seorang pecinta dunia kemiliteran terutama dirgantara, saya langsung membuat tulisan yang mengklarifikasi sehari kemudian. Apa reaksi redaksi? Ditolak. Jadi, di situ lebih penting “siapa”-nya daripada “apa yang dikatakan”-nya.
Sebenarnya, dalam hidup keseharian pun begitu. Tidak ada seminar atau forum publik lain yang menghadirkan pembicara yang ‘bukan siapa-siapa’. Semua pasti kompeten. Hanya saja bedanya, di sini saya bisa punya loudspeaker di rumah sendiri. Sehingga meski sedang tak diundang untuk bicara di forum publik, saya masih bisa mbacot di “arena bermain” yang saya buat sendiri: blog dan situs pribadi. Pada akhirnya, karena banyak yang mampir ke ‘lapak’ saya, sedikit-banyak pendapat saya diamini orang juga. Bagi saya, intinya selain sebagai katalis, juga bisa “menjadi matahari” bagi orang banyak. Alhamdulillah…
Foto: tribunnews.com