Dalam ceramah memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW di Masjid Agung Sunda Kelapa, Menteng-Jakarta Pusat pada hari Senin (13/1/2014) malam lalu, untuk pertama kalinya saya mendengar langsung sebuah ‘kesaksian’ dari seorang ahli agama yang juga bergelar akademis tinggi. Selama ini, saya hanya pernah membaca di buku-buku sufisme terutama yang berasal dari ulama Iran termasuk dari masa Persia. ‘Kesaksian’ itu datang dari mulut Prof. Dr. K.H. Nasaruddin Umar, yang kini menjabat Wakil Menteri Agama di Kementerian Agama. ‘Kesaksian’ itu adalah tentang adanya berbagai jenis alam ciptaan ALLAH SWT. Dan baru dari mulutnyalah saya mendengar langsung kesaksian bahwa manusia dimungkinkan hidup di lebih dari satu alam sekaligus.
Kita, manusia, mengira hanya ada alam fisik yang kita diami ini. Padahal, alam fisik ini pun masih bisa dibagi dua kategori besar: yang kasat indera dan yang tak terdeteksi. Secara fisika, kita tahu bahwa ada materi yang faktual keberadaannya, tapi tak bisa dideteksi indera kita. Contoh paling sederhana adalah listrik. Ia ada, tapi tak terlihat dan hanya bisa dirasakan manusia kalau kita tersengat listrik alias kesetrum (itu juga kalau Anda mau, hehe). Alam juga bisa diartikan sebagai “habitat” atau tempat hidup. Kita tahu, ada binatang yang disebut hidup di “dua alam” alias amphibi. Sebutlah seperti katak dan kodok. (Tahu bedanya kan? Katak itu yang lebih banyak hidup di air, kakinya berselaput. Kodok sebaliknya yang lebih sering di darat dan hanya ke air jika bertelur, kakinya tidak berselaput.)
Dalam kajian agama, Tuhan agama Islam adalah Tuhan par excellence. Ia menggenggam segala kekuasaan di tangan-Nya. Ini berbeda dengan tuhan agama lain yang berbagi kekuasaan dengan oknum tuhan lainnya.
Saya mempelajari berbagai agama yang bisa saya akses melalui literatur berbahasa Indonesia, Jawa, Inggris, Arab, Parsi, Latin, dan Jerman (karena hanya itu bahasa yang saya kuasai, minimal pasif untuk membaca literatur). Tentu masih banyak yang belum karena sebagai manusia saya tetap terbatas. Justru bukan dalam kuliah saya yang memang di bidang agama saya mempelajarinya. Tapi terus-terang kuliah membuka wawasan dan akses ke sumber pustaka dan nara sumber lebih luas. Tapi setidaknya saya telah mempelajari agama Islam dengan dua bagian besarnya yaitu Sunni dan Syi’ah dari sumber primernya. Juga Nasrani/Kristiani terutama denominasi Katholik Roma, Lutheran (di Indonesia dikenal sebagai Protestan), Quaker, Calvinis, dan Orthodoks (untuk diketahui, Nasrani/Kristiani memiliki lebih dari 150 cabang yang dikenal dengan istilah “denominasi”). Hanya saja saya agak kesulitan mengakses sumber primer agama Buddha dan Hindu, sehingga saya hanya bisa mendapatkan literaturnya dari sumber sekunder dan tersier. Tingkatan pengetahuan saya tentang dua agama ini cuma sedikit lebih baik daripada Yahudi, Kabbalah, Baha’isme, Sikh, dan Shinto. Beberapa kepercayaan seperti Kejawen, Majusi, mitologi Romawi dan Yunani kuno serta aneka bentuk paganisme seperti dari masa Mesopotamia dan Byzantium juga saya sempat pelajari. Dari situlah saya malah tambah yakin pada kebenaran agama saya: Islam.
Dalam Islam, ALLAH SWT adalah satu-satunya Tuhan Sang Maha Raja Di Raja yang mutlak berkuasa di segala jenis alam. Ia juga berkuasa di alam selain alam fisik yang bisa diketahui pasti melalui ilmu pengetahuan. Nah, alam-alam lain inilah yang disebutkan oleh Prof. Dr. K.H. Nasaruddin Umar dalam ceramahnya tadi. Kita manusia tinggal di Bumi (earth) yang merupakan bagian dari alam semesta (universe). Bumi ini didiami bersama oleh manusia, hewan, dan tumbuhan/tanaman (tumbuhan yang tumbuh liar, tanaman yang dipelihara dengan sengaja). Bumi cuma bagian kecil dari alam fisik yang merupakan alam semesta mahaluas yang terdiri dari aneka planet yang terangkai dalam suatu sistem bintang –seperti tata surya kita- yang merupakan bagian dari galaksi antar bintang. Hingga kini, manusia belum mampu menjelajah alam semesta seperti dikhayalkan berbagai film sains-fiksi. Bila kita sudah mampu, bisa jadi akan seperti film Star Trek yang menyebutkan perjalanan dilakukan hingga batas terjauh kaki langit. Ingat, alam fisik ini masih dalam batas di bawah “kolong langit”, belum lagi di atas dan di baliknya (beyond).
Selain alam fisik, ada pula alam pasca kematian manusia yang dalam Islam disebut alam barzakh. Saat ini, alam barzakh sudah ada, karena usia Bumi sudah jutaan tahun. Sudah ada trilyunan manusia yang mati, mengingat saat ini saja dunia kita didiami oleh tak kurang dari 7 milyar manusia. Alam ini hanya untuk manusia, karena hewan dan tumbuhan/tanaman selain yang diberi keistimewaan tidak memilki afterlife. Semua yang berjiwa/nyawa pasti mati, tapi hanya ruh –yang hanya dimiliki manusia- yang pergi ke alam pasca kematian.
Menurut Prof. Dr. K.H. Nasaruddin Umar, seperti juga saya alami sendiri dan diterangkan dalam khazanah literatur sufisme, manusia bisa hidup sekaligus di alam fisik dan alam barzakh, bahkan sebelum ia mati. Namun, ini hanya bisa dicapai oleh dua jenis manusia: mereka yang terberkati (charmed/blessed) atau yang mampu meniti tangga keimanan tertinggi (achieved believer). Selain itu, juga ada alam malakut yang dihuni malaikat, setan, dan jin. Serta yang tertinggi adalah alam jabarut tempat tujuh lapis langit yang menyangga ‘arsy, tempat mahatinggi kediaman Tuhan sejati.
Dalam Islam, ALLAH SWT bukan cuma Tuhan Pencipta, Pemilik dan Penguasa surga, tapi juga neraka. Sementara dalam agama selain Islam, ada oknum tuhan lain penguasa neraka atau alam bawah, sementara Tuhan adalah penguasa surga. Sebutlah seperti kepercayaan Yunani kuno yang menyebutkan bahwa Zeus adalah penguasa Olympus alias dunia atas yang bisa disebut surga, sementara Hades adalah penguasa alam bawah atau bisa disebut neraka. Sementara ada satu oknum lagi yang berkuasa atas dunia terutama di lautan, yaitu Poseidon. Ketiga oknum tuhan –atau lazim disebut dewa- itu bersaudara. Dalam Islam, tidak. ALLAH SWT adalah Penguasa Segala Yang Maha Mutlak. Ia tinggal bukan di surga, tapi di alam tersendiri yang tahtanya disebut ‘arsy. Hanya ada satu orang manusia yang pernah mengunjungi semua alam itu sekaligus, bahkan diperkenankan menghadap Tuhan sendiri ketika masih hidup. Dialah Muhammad SAW, manusia paling sempurna sang Kekasih Tuhan sendiri.
Karena itu, saya pribadi punya do’a sanjungan khusus khas sufisme bagi ALLAH SWT, Tuhan segala alam. Saya selalu menyanjung-Nya sebagai: “Tuhan segala yang ada di bumi, di langit dan apa yang ada di antaranya dan apa yang ada di baliknya. Tuhan segala alam baik yang nampak maupun yang tidak nampak. Tuhan segala sesuatu baik yang diketahui manusia maupun tidak. Maha Besar dan Luas Kekuasaan-Nya.” Kita tak ada apa-apanya di hadapan-Nya. Maka selalulah berjalan dengan merendah di atas Bumi milik-Nya ini.
Foto ilustrasi: universetoday.com