Saya Soekarnois. Sewaktu SD di masa Orde Baru pun teman-teman sudah tahu itu. Kalau saja ada yang sempat datang dan bermain di kamar saya, pasti ingat kalau dinding kamar saya dipenuhi poster-poster “Bung Besar”. Aneh, karena biasanya poster anak seusia itu dipenuhi karakter kartun atau paling tidak artis idola.
Namun, pengidolaan saya pada beliau levelnya jelas masih di bawah panutan dan junjungan saya, Rasulullah Muhammad SAW. Beliau bukan idola biasa, malah tuntunan dan mahaguru saya. Jadi, bagi saya agak aneh kalau ada yang memaksakan beliau sebagai idola. Karena kata “idola” ini sendiri berkonotasi sementara. Bila zaman berganti, tentu sang idola tak lagi populer. Masyarakat melupakannya.
Sewaktu saya SD di tahun 1980-an, idola anak-anak saat itu adalah “New Kids On The Block”. Juga tentu ada film serial boneka “Si Unyil” di televisi. Kalau karakter superhero komikal adalah yang berasal dari video Voltus, Gaban, Sharivan, Lion Man, Megaloman dan Google Five. Saya tidak ‘kuper’, tentu saya menonton dan mengerti semua itu.
Tapi, mereka sebatas itu. Saya hingga sekarang tetap heran pada seseorang yang sampai ‘tergila-gila’ menghayati pengidolaannya. Misalnya di zaman saya ada aktor Onky Alexander atau artis penyanyi Nike Ardilla. Kalau alay zaman sekarang, sampai mereka menangis saat melihat konser Su-Ju misalnya. Eeaaaa……
Saya tak pernah sebegitunya, bahkan kepada si Bung Besar. Saya membaca hampir semua buku tentangnya sejak SD, dan mendengarkan pula kaset pidatonya. Tapi, saya tidak lantas menganggap beliau ‘manusia tanpa cela’. Apalagi setelah SMA dan mahasiswa saya mempelajari lebih dalam mengenai riwayat hidup dan ajarannya. Termasuk ajaran ‘sumber’-nya seperti Marxisme dan pemikiran-pemikiran filsafat lain.
Kebetulan, ayah saya sendiri pernah mengenal si Bung Besar di akhir masa kekuasaannya. Sewaktu awal Orde Baru, anak-anak si Bung Besar seperti Guntur dan Megawati sendiri pernah beberapa kali datang ke rumah ayah saya sebagai seniornya.
Maka, saat di bioskop diputar film yang mengusung Soekarno sebagai sorotan, saya pun berniat bulat menyaksikannya. Apalagi, ayah saya juga berniat sama. Hitung-hitung beramal bakti menyenangkan beliau. Dan hal ini kesampean juga hari ini. Insya ALLAH saya akan segera menuliskan resensinya di http://resensi-film.com.
Foto: www.madametussauds.com
Dear Bung Bhayu,
Salam kenal.
Saya seorang fotografer yg saat ini sedang menyusun buku fotografi bertema Semua Orang Suka Sukarno. Buku ini berisi foto-foto snap shot dan esai pendek tentang orang-orang yg tertangkap kamera tengah memakai baju bergambar Sukarno, poster2 Sukarno yg eksis di kaki lima, mural bergambar Sukarno, peniru Sukarno, suasana haul di Blita, dll.
Dari browsing saya menemukan blog anda ini.
Apakah anda masih menempel gambar-gambar Sukarno di dinding rumah, dan ataukah anda mengetahui bila ada keluarga/kolega yang melakukan hal serupa.
Terimakasih atas perhatiannya.
Saya menunggu jawabannya.
Terimkasih.
Salam,
Toto
Wah, keren proyeknya. Saya masih menyimpan banyak pernak-pernik, tapi karena itu kan di rumah orangtua jadi sudah direnovasi. Bahkan ayah saya punya tongkat komando asli milik Bung Karno (beliau juga kenal langsung dengan keluarga BK). Silahkan japri, lihat kontak saya di situs http://bhayumahendra.com